News
Selasa, 17 Mei 2011 - 08:54 WIB

Warga sipil di Sukoharjo ikut tewas, SOP Densus 88 perlu dikaji ulang

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta (Solopos.com)--Meski melumpuhkan dua terduga teroris, operasi Tim Densus 88 di Sukoharjo juga menewaskan seorang warga sipil. Akibat insiden ini, Standard Operating Procedure (SOP) yang selama ini digunakan Densus dinilai perlu dikaji ulang.

“Insiden di Sukoharjo kemarin ini tentu mengundang banyak kritikan. Dan itu wajar. SOP Densus ada perlunya untuk dikaji kembali terkait ini,” tutur pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar saat dihubungi, Selasa (17/5/2011).

Advertisement

Bambang mengatakan, perbaikan SOP nantinya sebaiknya menekankan kepada pada prosedur keamanan masyarakat sipil. Namun demikian, SOP yang ada harus senantiasa menyesuaikan dengan KUHAP dan aturan petunjuk dan pelaksanaan yang ada dalam pendidikan di kepolisian.

“Harus menyesuaikan dengan KUHAP dan Juklak. SOP yang sekarang memang juga sudah sesuai dengan itu, tapi ada tidak ada salahnya untuk ditinjau kembali,” papar Bambang.

Nur Imam, seorang pedagang angkringan tewas saat polisi menggerebek kawanan teroris di Kampung Dukuh, Desa Sanggrahan, Grogol, Sukoharjo sekitar pukul 01.00 WIB. Dalam penggerebekan tersebut terjadi baku tembak antara polisi dan teroris. Timah panas pun mendarat di tubuh Imam yang kebetulan berada di lokasi kejadian. Polisi memastikan, peluru yang berada di tubuh Imam berasal dari tembakan teroris. Polisipun akan memberikan santunan kepada keluarga Imam.

Advertisement

Dalam penggerebekan ini, polisi berhasil menewaskan dua buronan teroris. Mereka adalah Sigit Qurdowi dan Hendro. Dua orang ini masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) dalam kasus bom gereja dan Mapolsek Pasar Kliwon, Solo pada bulan Desember 2010. Mereka juga terlibat dalam jaringan terorisme di Cirebon.

(detik.com/tiw)

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif