News
Selasa, 22 Oktober 2013 - 18:05 WIB

WACANA MAL MARHAEN : Pelaku Usaha Sarankan Pemkot Tiru Pasar Modern BSD

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Kalangan pengusaha di Solo mempertanyakan konsep Pemerintah Kota (Pemkot) Solo terkait rencana pembangunan mal di tingkat kecamatan atau disebut dengan Mal Marhaen.

Menurut sejumlah pelaku, lebih baik pemerintah menata dan mengkonsep ulang pasar tradisional yang ada dengan manajemen yang lebih modern.

Advertisement

“Contoh saja Pasar Modern Bumi Serpong Damai (BSD). Itu awalnya adalah pasar tradisional yang kemudian dikelola secara modern. Pasar itu juga sangat bersih. Meski modern, tapi ada proses tawar menawar,” jelas Direktur Operasional PT Sunindo Gapura Prima, Budianto Wiharto, yang mengembangkan Solo Paragon Lifestyle Mall, kepada Solopos.com, Selasa (22/10/2013).

Dari pemberitaan seputar mal kecamatan, Budianto yang sudah berpengalaman membangun Solo Grand Mall (SGM) dan Solo Paragon Lifestyle Mall, sama sekali belum punya gambaran tentang konsep mal kecamatan.
Mal yang digadang-gadang oleh Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo, sebagai mal untuk kalangan menengah ke bawah.

“Tapi, kalau orang ndak suka ke mal, ngapain dipaksa ke mal. Bahkan orang yang suka ke mal saja kadang hanya untuk jalan-jalan saja. Tidak untuk berbelanja.”

Advertisement

Memang menurut Budi, mal adalah tempat  berkumpulnya pedagang di satu tempat yang sama. Kalau disebut dengan mal kecamatan, maka asumsinya akan menjadi pasar modern dengan skala kecil dan mengusung merek-merek lokal. Berbeda dengan mal modern yang bisa menghadirkan merek-merek nasional bahkan internasional.

“Jadi kalau saran saya lebih baik Solo membuat pasar modern seperti BSD. Tempat belanja yang menurut orang Solo itu bikin marem. Dan jangan terlalu banyak. Buat mal di tiap kecamatan itu menurut saya terlalu banyak.”

Jika nantinya keberadaan mal kecamatan itu menjadi rancu dengan pasar tradisional yang sudah ada, menurut Budianto, itu bisa saja terjadi. Karena dalam dunia bisnis persaingan itu selalu ada dan ke depan pasti akan ada seleksi alam.

Advertisement

Terpisah, Direktur Danar Hadi, Dewanto Kusumo, juga masih bingung dengan konsep mal kecamatan yang pernah dilontarkan Walikota dihadapannya, pada sebuah acara akhir pekan lalu. Tapi dia menegaskan, membangun mal di lima kecamatan itu kurang masuk akal.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif