News
Kamis, 19 Januari 2023 - 17:46 WIB

Vakum 2 Tahun, SD Warga Solo Kembali Rayakan Imlek

Dhima Wahyu Sejati  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Atraksi kesenian Barongsai di SD Warga, Sudiroprajan, Jebres, Solo, Kamis (19/1/2023). Kegiatan yang diadakan oleh SD Warga dalam rangka menyambut Tahun Baru Imlek 2574 dimeriahkan dengan atraksi barongsai dari Tripusaka serta pelepasan burung pipit. (Solopos/Putut Hartanto)

Solopos.com, SOLO—SD Warga Solo merayakan Imlek di halaman sekolah setelah vakum selama dua tahun akibat pandemi, Kamis (19/1/2023). Acara juga dimeriahkan berbagai pertunjukan seni dari siswa.

Pada perayaan imlek kali ini SD Warga menghadirkan atraksi barongsai dari Tripusaka Solo. Sebelumnya, terdapat pelepasan burung pipit di halaman sekolah.

Advertisement

“Dari rohaniwan memaknainya sebagai refleksi kalau kita harus menyatu dengan alam,” kata Kepala Sekolah SD Warga Solo, Tri Agus Suryanto, kepada Solopos.com, Kamis (19/1/2023).

Selain itu, pelepasan burung pipit itu juga memiliki makna melepaskan aura negatif 2023. “Tapi kami dari SD Warga juga memaknai kalau kita sedang memprogramkan tahun ekspos. Jadi kita sedang memprogramkan tahun ini SD Warga terekspos prestasinya,” imbuh dia. 

Advertisement

Selain itu, pelepasan burung pipit itu juga memiliki makna melepaskan aura negatif 2023. “Tapi kami dari SD Warga juga memaknai kalau kita sedang memprogramkan tahun ekspos. Jadi kita sedang memprogramkan tahun ini SD Warga terekspos prestasinya,” imbuh dia. 

Ada pula penampilan yang dimeriahkan dari siswa SD Warga. “Itu bagian dari penggalian potensi minat bakat anak di bidang seni,” katanya.

Yang ditampilkan dalam pentas seni pun bernuansa budaya Tionghoa. “Karena ini perayaan Imlek, jadi nyanyi ya bahasa mandarin, ada wushu, ada fashion dengan pakaian tong sam,” tambah dia.

Advertisement

Perayaan imlek dilatarbelakangi oleh sejarah SD Warga yang sudah berusia satu abad lebih. SD tertua di Solo itu sudah berdiri sejak 1904. Pada awalnya sekolah ini dulu bernama Tiong Hoa Hwee Kwan. “118 tahun lalu, ini satu-satunya sekolah Tionghoa,” katanya

Namun, karena kebijakan pemerintah Orde Baru (Orba) yang mengharuskan unsur Tionghoa dinasionalisasi. “Dari situ nama Tionghoa Wefan berubah nama jadi SD Warga,” imbuh dia. 

Sekarang, kata dia, SD Warga bukan lagi sekolah Tionghoa melainkan sekolah nasional. Hal mengharuskan untuk menerima berbagai macam suku, agama, dan budaya.

Advertisement

“Begitu juga agama, kita harus membawahi semua agama, ada [siswa] yang agamanya beragam, ada Islam, ada Kristen, ada Katolik, ada Konghucu,” katanya

Perayaan Imlek di SD Warga ini baru kali pertama digelar setelah dua tahun vakum akibat pandemi. “PPKM dicabut akhirnya kita adakan pasca pandemi itu perayaan Imlek bersama,” kata dia.

Sebelum kegiatan perayaan Imlek, ada serangkaian acara yang mengiringi. Salah satunya adalah lomba memindahkan kacang dengan sumpit. “Itu pesertanya orang tua murid,” kata dia. 

Advertisement

Sedangkan lomba untuk anak terdapat lomba melengkapi gambar kelinci. “Karena kan ini tahun kelinci jadi anak-anak itu menempel bagian-bagian dari kelinci, ada mata, telinga,” katanya. 

Lalu pada Rabu (19/1/203) ada bazar yang diselenggarakan di sekolah. “Itu juga nuansa Imlek,” imbuh dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif