News
Senin, 18 Juli 2016 - 15:04 WIB

VAKSIN PALSU : Vaksinasi Ulang Gunakan Produk Bio Farma Standar Global, Bukan Impor

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi ampul-ampul berisi vaksin (JIBI/Solopos/Reuters)

Vaksin palsu membuat ratusan orang melakukan vaksinasi ulang hari ini. Pemerintah menggunakan vaksin Bio Farma berstandar WHO.

Solopos.com, BANDUNG — PT Bio Farma (Persero) memasok vaksin yang dipakai pada program vaksinasi ulang di wilayah Jakarta dan Bekasi. Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek beserta jajaran Kementerian Kesehatan dilaporkan meninjau program tersebut di Puskesmas Ciracas Jakarta Timur.

Advertisement

Selain di Ciracas, vaksinasi ulang itu juga dilakukan di rumah sakit di Kecamatan Ciracas, RS Harapan Bunda Jakarta Timur, dan RS Sayang Bunda di Bekasi, Senin (18/7/2016). Corporate Secretary Bio Farma M Rahman Rustan mengemukakan perusahaannya memasok tiga jenis vaksin yaitu DT, Pentabio, dan Polio.

Bio Farma, katanya, menjamin kualitas produk vaksin itu berkualitas internasional. “Sekalipun pemerintah memberikan secara cuma-cuma kepada masyarakat bukan berarti tidak berkualitas karena produk vaksin Bio Farma sudah diakui berstandar tinggi yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia atau WHO,” katanya, Senin (18/7/2016).

Advertisement

Bio Farma, katanya, menjamin kualitas produk vaksin itu berkualitas internasional. “Sekalipun pemerintah memberikan secara cuma-cuma kepada masyarakat bukan berarti tidak berkualitas karena produk vaksin Bio Farma sudah diakui berstandar tinggi yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia atau WHO,” katanya, Senin (18/7/2016).

Rahman mengatakan salah satu indikator bahwa perusahaan menerapkan standar tinggi dan memiliki reputasi global adalah karena Bio Farma merupakan satu dari 30 perusahaan vaksin di dunia yang diakui WHO, dari total 200 pabrik vaksin di penjuru dunia.

“Yang diakui WHO salah satunya adalah Bio Farma dari Indonesia yang merupakan satu-satunya dari Asia Tenggara. Ini kebanggaan karena WHO menetapkan standar produksi vaksin sangat kompleks dan rumit,” katanya.

Advertisement

“Sebelum produk diedarkan, perusahaan menerapkan sejumlah tahapan pengujian preklinis dan uji klinis yang ketat. Setelah memperoleh izin edar, setiap batch produk pun diuji oleh Badan Pengawas Obat Makanan atau BPOM,” katanya.

Uji klinis produk vaksin meliputi uji pada manusia untuk mengevaluasi suatu vaksin memang mempunyai manfaat, aman, atau mempunyai efek samping yang bisa ditoleransi. Uji klinis tersebut, katanya, terbagi dalam tiga tahap. Fase pertama biasanya dilakukan pada orang dewasa untuk melihat efek yang dihasilkan vaksin pada orang dewasa.

“Semua reaksi yang timbul dicatat dengan detail juga dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk melihat fungsi hati, ginjal dan atau organ tubuh lainnya,” katanya.

Advertisement

Bila hasil fase I menunjukkan vaksin tidak memberikan efek berbahaya studi berlanjut fase kedua. Fase ini dilakukan pada populasi target vaksin, misalnya bayi.

Vaksin yang baik dapat melindungi setidaknya 80% dari total penerima vaksin, antibodi yang terbentuk pada subjek uji klinis dibandingkan sebelum dan setelah imunisasi. “Untuk uji klinis ini kami bekerja sama dengan berbagai pihak, salah satunya dengan Unpad, RSHS,” tuturnya.

Setelah dipasarkan melalusi izin edarBPOM, perusahaan juga melakukan post marketing surveillance (PMS) yakni melihat imunitas atau kekebalan yang terbentuk sehingga bisa diketahui efektivitas dan kualitas vaksin tersebut. Rahman menambahkan proses produksi itu juga menerapkan prosedur cara pembuatan obat yang baik atau CPOB atau good manufacturing practice (GMP) sehingga produk Bio Farma terjaga kualitasnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif