News
Jumat, 17 Juni 2016 - 18:35 WIB

Utang Luar Negeri Naik 6,3% Jadi US$316 Miliar, Masih Sehat?

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dolar dan rupiah (Dok/JIBI/Solopos/Reuters)

Utang luar negeri pada April 2016 kembali naik menjadi US$316 miliar.

Solopos.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) melaporkan kenaikan utang luar negeri sebesar 6,3% menjadi US$319,0 miliar pada April 2016. Utang luar negeri hingga kuartal I/2016 tercatat masih US$316,0 miliar.

Advertisement

Utang Luar Negeri (ULN) jangka panjang tumbuh 8,3% menjadi US$279,3 miliar. Pertumbuhan ULN jangka panjang lebih besar dibandingkan Maret 2016 yang tumbuh 7,9%. ULN jangka pendek pada April 2016 justru mengalami penurunan 5,5% yang tercatat totalnya sebesar US$39,7 miliar, setelah pada Maret 2016 juga turun 8,4%.

Berdasarkan kelompok peminjam, posisi ULN Indonesia masih didominasi oleh ULN sektor swasta kendati mengalami penurunan 1,1%. Pada akhir April 2016, posisi ULN sektor swasta tercatat sebesar US$165,2 miliar.

ULN swasta masih terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas, dan air bersih. Keempat sektor itu menguasai ULN swasta sebesar 76,0%, namun sektor keuangan dan pertambangan masih menurun. Sementara itu, ULN sektor publik tumbuh 15,7% atau lebih besar dari bulan sebelumnya yang tumbuh 14,0%.

Advertisement

Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Adhamaski Pangeran, menilai pemerintah masih berpeluang untuk memaksimalkan kesempatan defisit anggaran pada batas maksimal 3%. Menurutnya, utang luar negeri bisa membantu pembangunan ekonomi karena penggunaannya lebih ketat.

Dia mencontohkan utang yang diperoleh melalui pinjaman lembaga keuangan internasional memiliki sistem penganggaran yang terstruktur sehingga alokasi dana jelas dan mampu merealisasikan dana menjadi barang atau jasa.

“Misalnya untuk programnya pengentasan kawasan kumuh, kalau sama APBN uang itu habis buat jalan-jalan, monitoring, evaluasi, rapat-rapat, untuk kawasan kumuh itu. Kalau lembaga keuangan internasional itu harus jadi programnya, harus beres,” jelasnya.

Advertisement

Di sisi lain, BI menilai perkembangan utang masih cukup sehat. Sebelumnya, Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan performa utang luar negeri (ULN) swasta ini yang menurun menunjukan masih belum signifikannya pemulihan ekonomi baik domestik maupun global.

“Ya mereka akhirnya banyak bayarnya dari pada nariknya. Masalah ekspektasi [ekonomi yang belum meyakinkan] juga berpengaruh.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif