Hingga pertengahan 2017, UII telah memiliki 160 dosen berkualifikasi doktor
Harianjogja.com, SLEMAN-Universitas Islam Indonesia (UII) mengeluarkan anggaran belasan miliar rupiah untuk menyekolahkan dosen ke luar negeri. Internasionalisasi terus digenjot di kampus ini. UII bahkan diberi mandat Kemenristek Dikti untuk menjadi pembina urusan internasional seluruh kampus yang berada di wilayah Indonesia bagian timur.
Rektor UII Nandang Sutrisno menjelaskan, dari sisi sumber daya manusia (SDM), pihaknya tidak memiliki hambatan lagi dalam menuju world class university. Kemudahan itu berkat keberanian UII membiayai dosen ke untuk menempuh pendidikan di luar negeri. Ia mengakui problem utamanya adalah pendanaan, karena sebagai kampus swasta harus mandiri. Selain itu biaya pendidikan di luar negeri memang tidak murah. Ia mencatat, pendidikan doktor di Inggris saja setidaknya membutuhkan biaya lebih dari Rp2 miliar.
“Mungkin kami menjadi PTS pertama yang berani mengirim dosen ke luar negeri dengan biaya kampus,” ujar dia di sela-sela pelatihan pengelolaan kantor urusan internasional di sebuah hotel kawasan Depok Sleman, Rabu (11/10/2017).
Para dosen tersebut baru akan dibiayai kampus ketika sudah tidak mampu menembus berbagai ujian untuk mencari beasiswa dari pihak luar. UII menyiapkan dana antara Rp10 miliar hingga Rp20 miliar per tahun untuk mendanai sekolah dosen baik S2 maupun S3 di luar negeri. “Angka persisnya saya harus cek, tetapi antara 10 sampai 20 [miliar],” imbuh dia.
Hingga pertengahan 2017, UII telah memiliki 160 dosen berkualifikasi doktor. Namun angka itu belum mencapai 40% dari keseluruhan jumlah dosen. Dosen tersebut didominasi S2, terutama yang baru merekrut selama dua tahun mencapai 200 orang.