News
Minggu, 27 Juni 2021 - 09:17 WIB

Unik, Wisuda Luring-Daring UNS Plus Peragaan Busana Bernuansa Adat

Akhmad Ludiyanto  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perwakilan wisudawan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo memeragakan busana bernuansa adat daerah dalam wisuda periode III yang diadakan secara luring (luar jaringan) dan daring (dalam jaringan), Sabtu (26/6/2021).(Istimewa)

Solopos.com, SOLOUniversitas Sebelas Maret (UNS) Solo mengadakan wisuda periode III secara luring (luar jaringan) dan daring (dalam jaringan), Sabtu (26/6/2021).

Meski dilakukan dalam keterbatasan untuk menghindari kerumunan yang berpotensi meningkatkan risiko penularan Covid-19, wisuda tetap menampilkan keunikan.

Advertisement

Kali ini wisuda menampilkan peragaan busana yang diperagakan 13 wisudawan dari 11 fakultas, 1 Sekolah Vokasi UNS, dan 1 Sekolah Pascasarjana. Peragaan busana bertema Indonesia Satu ini menampilkan kostum bernuansa adat daerah di Indonesia di antaranya Aceh, Minangkabau, Lampung, Betawi, Jawa, Bali, Dayak, Toraja, Minahasa, NTT, dan Papua, serta kostum Garuda.

Baca Juga: IDI Sebut Varian Delta Menular 10 X Lebih Cepat, Pembatasan Mobilitas Harus Diperketat

Wisuda periode III ini UNS meluluskan 907 wisudawan yang berasal dari Sekolah Vokasi, Program Sarjana, dan Sekolah Pascasarjana.

Advertisement

Wakil Rektor Akademik dan Kemahasiswaan UNS, Prof. Ahmad Yunus menyampaikan bahwa di antara lulusan tersebut terdapat 366 wisudawan yang lulus dengan predikat cumlaude atau dengan pujian. “366 lulusan tersebut tersebar di Sekolah Vokasi, Sarjana, maupun Pascasarjana,” ujar Yunus saat membacakan laporan kelulusan.

Baca Juga: Pasien Covid-19 Berstatus OTG Diisolasi di Hotel, Biar Cepat Sembuh

Keluar dari Zona Nyaman

Sementara itu, Rektor UNS Jamal Wiwoho dalam sambutannya mengingatkan kembali tentang kewaspadaan dalam menghadapi Covid-19, mengingat kasusnya yang kian meningkat di berbagai daerah.

Advertisement

Ia juga mengingatkan bahwa mindset untuk menghadapi kesulitan dan keluar dari zona nyaman harus terbangun sejak dini.

“Tantangan terbesar kita dalam menghadapi perubahan saat ini adalah kesanggupan menghadapi kesulitan dan keluar dari zona nyaman. Mindset tersebut yang harus kita bangun, terutama pada generasi muda agar mampu beradaptasi dan menjemput berbagai perubahan yang terjadi. Sejatinya, berbagai perubahan tata kehidupan baru yang terjadi di masa pandemi Covid-19 adalah sebuah percepatan kondisi masa depan,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif