News
Senin, 22 April 2013 - 12:29 WIB

UJIAN NASIONAL : Di Gorontalo Soal Dikirim Tukang Pikul, di Kalimantan Siswa Sewa Perahu

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dua polwan berjaga di luar kelas ketika berlangsungnya pelaksanaan ujian nasional (UN) di SMP Negeri 6, Makassar, Sulsel, Senin (22/4/2013). (JIBI/SOLOPOS/Antara)

Dua polwan berjaga di luar kelas ketika berlangsungnya pelaksanaan ujian nasional (UN) di SMP Negeri 6, Makassar, Sulsel, Senin (22/4/2013). (JIBI/SOLOPOS/Antara)

GORONTALO – Beratnya kondisi geografis dan minimnya infrastruktur perhubungan menjadi tantangan tersendiri bagi penyelenggaraan ujian nasional. Tak heran kalau untuk menyikapi hal ini beraneka jalan harus ditempuh demi kelancaran hajatan nasional Kemendikbud ini.
Advertisement

Di wilayah pelosok dan pedalaman di Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, Sulawesi misalnya, pemerintah setempat harus menggunakan jasa tukang pikul untuk mendsitribusikan soal ke SMP penyelenggara di SMPN 2 Suwawa Timur, di Desa Pinogu.

Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Bone Bolango Merry Nagdju mengatakan, untuk ke lokasi Pinogu sangat rumit karena tidak ada akses transportasi darat. Warga tidak bisa menggunakan mobil dan motor, karena tidak ada jalan representatif.

Advertisement

Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Bone Bolango Merry Nagdju mengatakan, untuk ke lokasi Pinogu sangat rumit karena tidak ada akses transportasi darat. Warga tidak bisa menggunakan mobil dan motor, karena tidak ada jalan representatif.

Sebanyak 20 paket naskah UN yang didistribusikan ke SMP 2 Suwawa Timur harus tiba juga pada Senin pagi. “Selama ini yang bisa menjangkau Desa Pinogu dengan mengangkut barang hanya tukang pikul saja, sementara tranportasi baik mobil atau sepeda motor tidak bisa menembus beratnya medan,” kata Merry.

Tukang pikul yang membawa paket naskah UN tersebut mendapatkan pengawalan dari pihak Kepolisian Sektor Suwawa hingga ke lokasi. Bersama sejumlah aparat kepolisian, tukang pikul pengangkut barang berangkat dengan berjalan kaki sejak Minggu malam pukul 18.00 Wita dan tiba di SMP 2 Suwawa Timur Senin (22/4/2013) dini hari sekitar pukul 03.30 Wita.

Advertisement

Hariyadi mengatakan selama berlangsungnya UN hingga 25 April 2012 siswa SMP swasta yang tinggal di desa pinggiran Sungai Barito harus menginduk untuk ikut UN di SMPN 4 Desa Lemo, Kecamatan Teweh Tengah. Setiap hari, kata dia, puluhan siswa menggunakan sarana angkutan sungai tersebut ke desa terdekat. Kapal motor mereka carter Rp2,8juta selama UN berlangsung.

Dengan kapal motor tersebut mereka menuju Desa Lemo dalam waktu antara 30-40 menit perjalanan. “Biaya untuk carter kelotok diperoleh dari swadaya para siswa, karena pihak sekolah tidak memiliki dana untuk keperluan tersebut,” katanya.

Hariadi menyebutkan selain membayar biaya sewa, setiap siswa membayar Rp200 ribu sebagai biaya untuk mengikuti UN. Meski pihak sekolah mendapat dana BOS dari pemerintah, uang itu tidak mencukupi untuk kegiatan belajar dan mengajar di SMP satu-satunya di wilayah itu.

Advertisement

“Dana BOS hanya bisa dimanfaatkan untuk kegiatan belajar dan sebagian honor guru yang belum menjadi PNS. Jadi tidak ada untuk biaya menyewa kapal motor untuk ikut UN,” katanya. Menurut dia, dipilihnya angkutan sungai ini karena dinilai lebih murah dan mampu mengangkut semua siswa.

Meski ada jalan darat ke Desa Lemo, kondisinya memrihatinkan, karena jalan dan jembatan kondisinya saat ini rusak. “Kami berharap tahun depan sekolah kami ditingkatkan menjadi sekolah negeri dan dapat menyelenggarakan UN sendiri,” ujar Hariadi.

Penyelenggaraan UN di kabupaten pedalaman Sungai Barito itu diikuti 2.215 pelajar dari SMP dan MTsN sebanyak 1.564 orang serta SMP dan MTsn swasta 288 orang kejar paket B sekitar 300 orang tersebar di 38 sekolah.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif