News
Rabu, 3 Mei 2023 - 20:38 WIB

Trauma Belajar Bisa Berakibat Literasi Anak Jadi Rendah

Dhima Wahyu Sejati  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak mengalami trauma belajar (Freepik)

Solopos.com, SOLO—Trauma belajar pada masa kecil, terutama ketika anak duduk di bangku TK atau PAUD bisa berakibat literasi saat sudah dewasa menjadi rendah.

“Anak ketika belajar baca, tulis, dan berhitung dengan cara drilling yang sifatnya memaksa, bisa membuat anak menjadi trauma. Akhirnya dewasa nanti tingkat literasinya rendah,” ujar Kabid PAUD dan Pendidikan Non Formal (PNF) Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Solo, Galuh Murya Widyawati, kepada Solopos.com, Rabu (3/5/2023).

Advertisement

Menurut dia, akibat dari literasi yang rendah, akan membuat anak bisa membaca, namun tidak memahami isi bacaan tersebut. 

Trauma belajar yang dia maksud umum terjadi pada masa-masa TK dan PAUD. Menurut Galuh, anak harus dibiasakan belajar sendiri melalui pengalaman-pengalaman bermain.

Advertisement

Trauma belajar yang dia maksud umum terjadi pada masa-masa TK dan PAUD. Menurut Galuh, anak harus dibiasakan belajar sendiri melalui pengalaman-pengalaman bermain.

“Dengan begitu akan nempel sampai dewasa. Karena otak anak itukan seperti spons ya bisa menyerap dengan mudah apa yang dia lihat,” ujar dia.

Maka, Galuh menyatakan anak harus diberikan pengalaman belajar yang menyenangkan. Namun, permasalahanya terkadang orang tua di rumah masih mengajarkan Calistung dengan cara yang memaksa.

Advertisement

Untuk menghindari trauma belajar, Kepala TK Kristen Setabelan Solo, Priyanti Dwi Astuti, menyatakan di level TK, siswa cukup dikenalkan huruf dan angka dengan metode yang sesuai.

“Sifatnya hanya merangsang motorik anak. Misal anak diajak menyambungkan titik-titik yang berbentuk huruf dan angka. Bisa juga dengan game, bagi anak-anak yang aktif itu lebih efekti,” kata dia kepada Solopos.com, Rabu.

Dia memastikan anak-anak tidak trauma dan mendapat metode belajar yang sesuai dengan kemampuan siswa. “Kuncinya bagi anak itu bagaimana caranya belajar dengan gembira,” lanjut dia.

Advertisement

Selain itu, Kepala TK Lazuardi Solo, Menur Larassati, menyebut sejak awal sekolahnya tidak menargetkan siswa lulus dari TK bisa baca dan berhitung. 

Dia mengatakan pembelajaran di TK bersifat merangsang motorik anak untuk mengenal angka dan huruf. 

“Tetapi stimulasi tetap diberikan, jadi usia playgroup itu ada pengenalan huruf, naik TK A pengenalannya per suku kata, lalu TK B lebih pengenalan kata,” ujar dia. 

Advertisement

Namun pembelajaran yang diberikan tidak rigid seperti materi untuk SD. Menurutnya asalkan diajarkan dengan cara yang menyenangkan, justru akan merangsang perkembangan kecerdasan si anak.

“Stimulasi itu tetap harus kita kasih. Kasian juga nanti kalau tidak diberikan anak malah tidak tahu bacanya apa,” kata dia. 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif