News
Jumat, 4 Januari 2013 - 05:49 WIB

Tragedi Pembunuhan Abraham Lincoln (Bagian III): Ketaksukaan Pada Warga Kulit Hitam Pengaruhi Sikap Booth

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perang Saudara AS yang pecah akibat konflik soal perbudakan dan pemisahan diri sebagian negara bagian AS. (geni.com)

Perang Saudara AS yang pecah akibat konflik soal perbudakan dan pemisahan diri sebagian negara bagian AS. (geni.com)

Di tengah masa pencarian jati dirinya saat remaja, John Wilkes Booth mulai menunjukkan sikap yang bagi kakak perempuannya, Asia, aneh. Booth terang-terangan menyatakan tak suka dengan warga kulit hitam. Padahal keluarganya khususnya sang ayah, tak pernah bersikap seperti itu. Apalagi, para pekerja kulit hitam selalu dipekerjakan oleh keluarga Booth untuk merawat ladang dan melakukan panen.
Advertisement

Sikap inilah yang tanpa disadari siapa pun ternyata mempengaruhi jalan hidupnya.

Sementara itu, kakaknya yang lain, Edwin, sudah menjalani hidup sukses sebagai aktor, mewarisi bakat dan nama besar sang ayah. Dia selalu berkeliling negeri untuk tampil di berbagai pementasan karya-karya sastra klasik. Koran-koran sering memuat berita dan ulasan penampilannya, surat-surat yang dikirimkannya selalu mengisahkan tempat-tempat yang jauh dan sukses pertunjukannya.

Ini membuat Booth panas hati. “Aku harus jadi orang terkenal!” serunya setiap saat. Kakaknya, Asia, yang berhubungan dekat dengan seorang aktor komedi di Kota Baltimore, membantunya membuka jalan untuk tampil di teater setempat. Namun tak seperti yang diharapkan, penampilan Booth sangat buruk di panggung lantaran gugup. Dari satu pementasan ke pementasan lain, Booth lebih banyak gagal. Bahkan dalam satu pementasan, dia lupa dengan nama karakter yang dibawakannya.

Advertisement

Nasib buruk Booth tak lepas dari pantauan Edwin. Dia mencoba membangkitkan semangat adiknya dengan mengajaknya bergabung dalam grup teater keliling yang akan melakukan tur di sejumlah kota besar wilayah selatan AS. “Nama besar keluarga Booth akan membantu kita,” katanya membujuk sang adik. Edwin juga giat melatih Booth untuk meningkatkan kepercayaan dirinya di atas panggung.

Ternyata Edwin betul. Meski tak secemerlang kakaknya, penampilan Booth dalam pementasan sangat berhasil. Ketampanannya membuatnya segera jadi gunjingan para gadis. Keterkenalan yang didambakannya selama ini sekarang dalam genggamannya. Booth pun segera masuk dalam lingkaran para pesohor wilayah Selatan dan jadi tamu rutin di berbagai pesta kalangan atas dan politisi. Gaya warga kawasan Selatan yang aristokratis sangat pas dengan selera dan karakternya.

Sementara itu, AS tengah menghadapi krisis terbesar sejak kemerdekaannya. Negara-negara bagian kawasan utara yang liberal industrialis tengah berkonflik dengan negara-negara bagian kawasan selatan yang agraris. Salah satu akar masalahnya adalah sistem perbudakan di Selatan yang tak disukai orang Utara. Akhirnya, negara-negara Selatan mengancam bakal memisahkan diri jika terus ditekan soal perbudakan. Sebaliknya, pemerintah dan wilayah Utara juga tak mau negara terbelah dan mengancam bakal melakukan tindakan tegas. Sikap Booth sendiri jelas. Dia membela Selatan dan tak ragu mengutarakan pendapatnya, bahkan di atas panggung.

Advertisement

Perang Saudara pun akhirnya pecah tahun 1861, menyusul keputusan negara-negara bagian Selatan memisahkan diri dari Amerika Serikat dan membentuk Konfederasi Amerika. Abraham Lincoln, senator penentang perbudakan yang baru saja menjabat presiden bersikap tegas dalam mempertahankan keutuhan negara.

Booth tak ikut wajib militer. Dia memutuskan berperang di palagannya sendiri, memanfaatkan nama besar sang ayah dan keterkenalannya sendiri sebagai seorang aktor. Dia memutuskan berperang dari atas panggung. Semasa perang, dia sempat tampil beberapa kali di Ibukota Washington di depan Presiden Lincoln dan saat itulah dia “berperang.”

Tiap kali membawakan dialog yang bertema perlawanan terhadap penindasan atau kezaliman pemerintahan, dia dengan sengaja menghadap ke arah Presiden yang duduk di balkon khusus di dekat panggung. Berjuang dalam kejayaan, itulah yang dilakukannya kini, begitu pikirnya. Dari situ pula, bibit rasa bencinya pada pemerintah makin tumbuh subur.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif