News
Kamis, 1 Oktober 2015 - 14:51 WIB

TRAGEDI DI MINA : Ratusan Pendeta NTT Doakan Tragedi di Mina

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tim penyelamat Arab Saudi berupaya mengevakuasi jemaah haji korban tragedi di Mina, Kamis (24/9/2015). (Reuters/Directorate of the Saudi Civil Defense)

Tragedi di Mina, Kamis (24/9/2015) mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia, termasuk jemaah haji asal Indonesia.

Solopos.com, KUPANG-Ratusan Pendeta Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) beserta tokoh awam Gereja bersekutu dan menggelar doa bersama untuk keselamatan lebih dari 1000 jiwa jemaah haji yang menjadi korban dalam tragedi di Mina, Arab Saudi.

Advertisement

Para Pendeta dan tokoh Gereja itu tengah menjalankan Sidang Sinode GMIT ke-33 yang digelar di Auditorium Ti’i Langga Kabupaten Rote Ndao sejak 20 September hingga 2 Oktober 2015 dan menyempatkan diri mendoakan sesama warga agama Islam yang tertimpa musibah di tengah kegiatan keagamaan di Tanah Suci,” kata Ketua Komisi I Sidang Sinode GMIT 33 Pdt. Emr. D. Nenotek, S.Th kepada Pers di Kupang, Kamis (1/10/2015).

Dalam siaran pers yang disiarkan Humas Panitia Sidang Sinode GMIT ke-33 Laurens Leba Tukan itu disebutkan persidangan Sinode GMIT ke-33 secara tulus menyampaikan doa dan belangsungkawa yang mendalam atas tragedi kemanusiaan yang dialami jemaah haji di Tanah Suci.

Advertisement

Dalam siaran pers yang disiarkan Humas Panitia Sidang Sinode GMIT ke-33 Laurens Leba Tukan itu disebutkan persidangan Sinode GMIT ke-33 secara tulus menyampaikan doa dan belangsungkawa yang mendalam atas tragedi kemanusiaan yang dialami jemaah haji di Tanah Suci.

Tuhan pemilik kehidupan menghimbur keluarga yang berduka dan campur tangan dalam seluruh proses pemulihan, kata Ketua Komisi I Sidang Sinode GMIT 33 Pdt. Emr. D. Nenotek, S.Th.

Pada kesempatan yang sama Pdt. Emeretus Nenotek menyampaikan 12 pesan sidang yang dirumuskan Komisi I yang diketuai Pdt. Emr. D. Nenotek, S.Th dan narasumber Pdt. Marselintje Ay-Touselak, S.Th.

Advertisement

Selanjutnya radikalisme, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang kurang memberi perhatian pada pembangunan yang berkelanjutan dan aspek keadilan antargenerasi juga menjadi pesan sidang.

Soal kemiskinan, seperti disampaikan sekretaris komisi I, Pdt. Lia Foes-Lobo, S.Th, tugas GMIT yang penting adalah seperti amanat Yesus dalam Matius 14:16b, “kamu harus memberi mereka makan”. Karena itu, GMIT harus proaktif melibatkan warga gereja yang berpotensi dari berbagai bidang untuk menjadi mitra dalam membangun strategi dan aksi pengentasan kemiskinan.

Perangi kemiskinan “Secara institusional menurut hemat kami GMIT harus menjadikan upaya memerangi kemiskinan sebagai tema sentral pelayanannya,” kata Pdt. Lia.

Advertisement

Ia juga menyebutkan, terkait dengan korupsi, bagi dia adalah pelanggaran HAM dan menghilangkan hak-hak masyarakat dalam memperoleh kesejahteraan. Korupsi adalah perbudakan manusia kepada mamon, yang merupakan penyangkalan terhadap Allah yang setia memelihara kehidupan manusia.

“Karena itu GMIT harus berdiri paling depan dalam usaha melawan segala bentuk korupsi,” kata Pdt. Lia.

Lebih lanjut dijelaskan, usaha gereja melawan korupsi dilakukan dengan berbagai cara, seperti pejabat gereja, majelis jemaat dan jemaat secara konsisten menunjukkan pola hidup sederhana, jujur, kerja keras, saling berbagi, dan menjadi contoh yang baik dalam pengelolaan anggaran dan aset-aset gereja yang transparan dan bertanggungjawab.

Advertisement

Ketua Umum Panitia SS GMIT 33 Drs. Ibrahim Agustinus Medah di arena sidang mengatakan, seluruh rangkain Sidang Sinode akan berakhir pada tanggal 2 Oktober dan seluruh acara penutupan sudah dipersiapkan dengan matang.

Turut hadir sebagai salah satu peserta Sidang Sinode GMIT, Ketua Komisi V DPR RI Farry Djemi Francis yang masuk dalam nominasi salah satu calon ketua bidang kepengurusan Majelis Sinode yang akan datang.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif