News
Kamis, 26 April 2012 - 10:40 WIB

TOKOH: Anita Naree, Duta Besar Toilet India

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - DUTA TOILET—Anita Narre dan suaminya Shivram Narre (asiacalling.kbr68h.com)

DUTA TOILET—Anita Narre dan suaminya Shivram Narre (asiacalling.kbr68h.com)

Pada Mei lalu, Anita Narre menikah dengan seorang buruh harian Shivram Narre. Namun ia justru meninggalkan rumah di malam pertama setelah upacara pernikahannya begitu tahu tak ada toilet di rumah tersebut.

Advertisement

“Saya katakan sama dia (suaminya), kalau dia ingin saya kembali ke rumah, kamu harus membangun toilet. Saya tidak bisa pergi buang air besar ke luar. Saya tidak terbiasa. Dan kamu harus melakukannya demi saya. Saya tidak punya masalah dengan kamu, kecuali soal yang satu itu,” ujar Anita.

“Saya tidak pernah berpikir seorang perempuan bisa melakukan hal itu pada malam pertama pernikahannya. Saya tidak punya pilihan. Jadi saya mendekati kepala desa, dan beberapa warga desa membantu saya membuat toilet itu dalam delapan hari,” kata suami Anita, Shivram yag belum hilang rasa terkejutnya.

Advertisement

“Saya tidak pernah berpikir seorang perempuan bisa melakukan hal itu pada malam pertama pernikahannya. Saya tidak punya pilihan. Jadi saya mendekati kepala desa, dan beberapa warga desa membantu saya membuat toilet itu dalam delapan hari,” kata suami Anita, Shivram yag belum hilang rasa terkejutnya.

Separuh penduduk India tidak memiliki toilet di rumah. Artinya, banyak orang di negeri itu buang air besar di tempat terbuka. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, ini adalah praktik sanitasi yang paling berbahaya.

Pada Februari, salah satu menteri mengklaim perempuan lebih memilih punya telepon genggam ketimbang toilet. Tapi tidak begitu dengan Anita. Perempuan berusia 20 tahun yang berasal dari negara bagian Madhya Pradesh itu, kini menjadi duta besar toilet.

Advertisement

Berdasarkan data baru-baru ini, lebih dari 70% keluarga di negara bagian tersebut, buang air besar di tempat terbuka.

Kondisi itu jelas menyulitkan para perempuan. Pasalnya mereka harus menunggu sampai malam supaya bisa punya sedikit privasi. Sebagian malah sengaja minum dan makan lebih sedikit supaya tak perlu buang air terlalu sering.

Anita salah satu wanita yang beruntung. Sebagai anak perempuan dari seorang guru, kedua orangtuanya punya toilet di dalam rumah. Permintaan Anita untuk mendapatkan toilet tak semata-mata untuk alasan kebersihan.

Advertisement

“Setiap perempuan berhak untuk menjalankan hidup yang bermartabat, dan mereka harus berjuang untuk mendapatkannya. Menurut saya perempuan tidak aman membuang air besar di luar. Mereka menghadapi banyak kesulitan dan sering mengalami pelecehan,” ujar Anita.

Setelah permintaan Anita ini, keluarga lainnya di desa itu terinspirasi untuk membuat toilet. Karena keberaniannya, Anita mendapatkan hadiah uang lebih dari Rp90 juta dari Sulabh International, sebuah LSM yang mempromosikan sanitasi. Uang itu diserahkan Menteri Pembangunan Daerah Pedesaan India, Jairam Ramesh.

Dalam acara peluncuran laporan Tujuan Pembangunan Milenium Asia-Pasifik, Ramesh mengatakan, sanistasi adalah masalah yang sulit bagi perempuan.

Advertisement

“Ini menyangkut perubahan perilaku, dan para perempuan lebih meminta telepon seluler. Mereka tidak mau toilet. Cara pemikiran seperti itulah yang kami harus atasi. 60 Persen dari kasus buang air besar di tempat terbuka terjadi di India, di negara di mana ada 700 juta telepon genggam. Jadi faktor permintaan sangat penting.”

Kini di desa Anita, banyak toilet sudah dibuat. Banyak orang yakin, contoh yang ia buat akan memotivasi anak-anak perempuan India untuk memasukkan keberadaan toilet dalam syarat perjodohan mereka.

“Para perempuan di India ingin toilet, dan bukan telepon genggam. Tapi sulit bagi para lelaki untuk mengerti perasaan perempuan. Mereka harus mengerti, martabat lebih penting dari apapun,” ujar Anita.

Pemerintah India bekerja selama 10 tahun lebih untuk membangun fasilitas sanitasi di daerah pedesaan, lewat program Total Sanitation Campaign. Tahun lalu, kampanye ini dianggap gagal karena warga desa menggunakan toilet baru mereka sebagai tempat penyimpanan, mandi dan mencuci pakaian.

Tapi kini, pemerintah mengambil risiko dan berjanji, dalam 10 tahun mendatang daerah pedesaan bakal bebas dari perilaku buang air besar di tempat terbuka. Para perempuan akan memainkan peran baru dalam kampanye ini dengan menekankan pentingnya keamanan dan martabat.

“Saya sudah menyampaikan proposal untuk membuatnya sebabai duta besar distriknya, untuk mendukung para warga desa supaya membuat sanitasi yang layak. Menurut saya, Anita adalah orang yang tepat untuk meningkatkan kesadaran di daerah kesukuan,” ujar Candrashekhar Borkar, Kepala Pemerintah Distrik Bentul.

Shuriah Niazi
Asia Calling/ Desa Jheedtudhana, Madhya Pradesh, India

Tulisan ini adalah hasil kerja sama HarianJogja.com dengan AsiaCalling dan KBR68H

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif