News
Kamis, 16 Maret 2023 - 19:17 WIB

Tim Nasional Kepemudaan: Anak Muda Bukan Objek, tetapi Subjek Pembangunan

Rudi Hartono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pemuda Penggerak dan Forum Anak Solo menyampaikan orasi upaya melindungi anak dari rokok  pada Solo Car Free Day (CFD) di Jl Slamet Riyadi, Solo, Minggu (12/2/2023) pagi. (Istimewa/Dokumentasi Pemuda Penggerak)

Solopos.com, JAKARTA–Pada 2045 mendatang, Indonesia diperkirakan akan merasakan bonus demografi, bertepatan dengan Indonesia yang berusia 100 tahun.

Bonus demografi ini tentunya membawa berbagai banyak kesempatan, namun juga tidak lepas dari tantangan.

Advertisement

Dari segi kesempatan, ini akan menjadi momentum untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, mengurangi angka pengangguran, serta pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Apabila tidak dipersiapkan dengan matang, hal ini terjadi terjadi sebaliknya, dapat menjadi bumerang. Angkatan muda yang seharunya menjadi industry ready malah tidak siap menjawab kebutuhan industri, atau kurangnya lapangan kerja untuk menyerap generasi muda pada 2045 nanti.

Pada Februari lalu, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) terdahulu Zainuddin Amali membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Tim Koordinasi Nasional Penyelenggaraan Pelayanan Kepemudaan melalui Keputusan Menpora (Kepmenpora) No. 23/2023 yang ditetapkan akhir Februari lalu.

Advertisement

Pokja yang terdiri lebih dari 80 orang ini diketuai oleh Deputi Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga Asrorun Niam Sholeh.

Pokja ini merupakan amanat Perpres No. 66/2017 tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor Pelayanan Kepemudaan yang kemudian disempurnakan melalui Perpres No. 43/2022.

Adapun Merial Institute, Lembaga Think Tank Kepemudaan yang berfokus untuk mendorong implementasi Perpres yang ditandatangani Presiden Jokowi sejak 2017 dan penyempurnaannya pada 2022, kembali menjadi bagian dari Pokja Kemenpora 2023 setelah tahun-tahun sebelumnya konsisten berkontribusi pada pembangunan pemuda menuju Indonesia Emas 2045.

Advertisement

“Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Presiden Jokowi dan segenap jajaran Kemenpora yang telah memberikan kepercayaan dan senantiasa memberikan ruang bagi Merial Institute untuk menjadi bagian dari inisiatif-inisiatif Kemenpora dalam bidang kepemudaan,” kata Direktur Eksekutif Merial Institute M. Arief Rosyid Hasan dalam siaran pers yang diterma Solopos.com, Kamis (16/3/2023).

“Di antara begitu banyaknya ide tentang pemuda, jangan sampai pemuda hanya dijadikan objek dari narasi-narasi yang sering kita dengar. Agar semua narasi itu menjadi konkret, ketika bicara soal pemuda, kita harus menempatkannya sebagai subjek yang ikut duduk dan diberikan ruang untuk berpartisipasi, bahkan sampai tahap pembuatan kebijakan, atau sering kita kenal dengan istilah participatory policy making,” lanjut dia.

Arief yang menjabat sebagai Ketua Umum PB HMI 2013-2015 ini juga menyampaikan dibentuknya Tim Nasional Kepemudaan menegaskan komitmen Presiden Joko Widodo dan beserta segenap jajaran Kemenpora, yang bukan hanya saja fokus membangun olahraga Indonesia, tetapi juga serius memperhatikan isu-isu kepemudaan di negara ini.

“Pekerjaan rumah selanjutnya adalah bagaimana setiap kementerian dan lembaga bekerja sama meningkatkan berbagai program kepemudaan dari hulu ke hilir, mulai dari kebijakan hingga program pemberdayaan pemuda. Koordinasi lintas sektor yang didorong Pak Presiden sejak 2017 ini bicara soal kolaborasi, gotong royong,” ulas Arief.

“Jangan sampai egosektoral yang tinggi menjadi hambatan dalam kerja sama yang seharusnya menjadi kekuatan bangsa Indonesia, bahkan sejak zaman Bung Karno dulu. Alhamdulillah, sejak pandemi ini semangat gotong royong dan kolaborasi semakin kuat dan kembali hidup di tengah masyarakat,” sambung dia.

Terkait anak muda yang seringkali dinilai anarkistis dan tidak produktif di berbagai sudut di Indonesia, Arief mengatakan seperti pepatah, satu teladan lebih baik daripada seribu nasihat.

Menurut Arief, perlu ada mentoring dan keteladanan kepemimpinan. Kepemimpinan anak muda harus disiapkan, by design, bukan sesuatu yang instan.

Mulai dari tingkat SMP-SMA di lingkup OSIS, kemudian naik ke BEM dan seterusnya.

Sebagai tokoh-tokoh muda harus mendekatkan diri, turun ke berbagai daerah untuk menjadi dekat dengan para pemimpin masa depan ini dan melihat potensi mereka.

Tugas bersama yang harus dilaksanakan adalah memastikan mereka ada di dalam ekosistem yang tepat.

“Lewat amanah sebagai bagian dari Tim Pokja yang mewakili non-kementerian maupun amanah-amanah lain yang saya emban saat ini dan di hari depan, insyaallah ikhtiar untuk sama-sama terus layani generasi kita,” ucap pemuda yang menjabat sebagai Komisaris Independen BSI itu.

Dia mengajak anak muda cepat beradaptasi dengan situasi yang cepat berubah. Hari ini, masih ada anak muda yang menolak perubahan, bukan karena tidak mau, tetapi tidak tahu atau belum aware.

Jika di BSI, instrumen dana sosial adalah zakat. Berkeliling ke kota-kota di Indonesia, salah satunya melalui program peningkatan UMKM Talenta Wirausaha BSI, benar-benar bisa menyaksikan anak muda di daerah naik kelas secara ekonomi.

Mereka sebelumnya penerima zakat, tetapi saat ini menjadi pembayar zakat.

“Ini adalah salah satu buah bagi mereka yang siap beradaptasi dan berakselerasi. Sesuai dengan semangat SDGs, yaitu no one left behind, Tim Nasional Kepemudaan diharapkan menjadi motor untuk mendorong partisipasi dan kepemimpinan anak muda di berbagai bidang, termasuk ekonomi,” kata Arief.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif