News
Minggu, 13 Februari 2022 - 23:00 WIB

Tidak Ada Lagi Penjurusan IPA dan IPS di SMA, Ini Penjelasannya

Abu Nadzib  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim. (Suara.com)

Solopos.com, JAKARTA — Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim resmi meluncurkan Kurikulum Merdeka untuk tahun ajaran 2022/2023, pada 11 Februari 2022 lalu.

Menteri Nadiem menyebut ada beberapa keunggulan bila menggunakan Kurikulum Merdeka, salah satunya adalah program peminatan untuk jenjang SMA dihapus sehingga tidak ada lagi pilihan jurusan IPA atau IPS.

Advertisement

Jurusan IPA dan IPS bukan dihapus melainkan dihilangkan sekatnya.

“Tak akan lagi terkotak-kotak antara IPA maupun IPS. Mereka bisa pilih sebagian IPA sebagai materi mata pelajaran IPA, sebagian IPS. Dan itu sudah dilakukan banyak sekali di program kurikulum internasional,” tutur Nadiem seperti dikutip Solopos.com dari kanal Youtube Kemendikbud RI, Minggu (13/2/2022).

Advertisement

“Tak akan lagi terkotak-kotak antara IPA maupun IPS. Mereka bisa pilih sebagian IPA sebagai materi mata pelajaran IPA, sebagian IPS. Dan itu sudah dilakukan banyak sekali di program kurikulum internasional,” tutur Nadiem seperti dikutip Solopos.com dari kanal Youtube Kemendikbud RI, Minggu (13/2/2022).

Baca Juga: Mendikbudristek Klaim Kurikulum Merdeka Unggul, Ini Penjelasannya

Menurut Nadiem, kurikulum yang dulu bernama Kurikulum Prototipe itu sudah diuji coba ke 2.500 sekolah dari jenjang TK hingga SMA.

Advertisement

“Bukan kelebaran materi, tapi kedalaman yang jadi fokus utamanya. Jadi kami membawa guru-guru untuk membantu kita mereformulasi apa itu standar-standar pencapaian dari kurikulum,” ucap Nadiem.

Dia menyebut, sekolah tidak perlu terburu-buru lagi menyelesaikan soal atau materi sementara di sisi lain siswa juga lebih tenang dalam belajar.

Baca Juga: Tahun Ajaran 2022 Pakai Kurikulum Merdeka, Ini Penjelasan Mendikbud

Advertisement

“Jika siswa belum mengerti suatu konsep, tak perlu dipaksakan pindah ke konsep yang lain,” kata dia.

Keunggulan berikutnya, Kurikulum Merdeka lebih interaktif dan relevan dengan isu-isu aktual. Ia mengatakan, pembelajaran dilakukan melalui kegiatan yang memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk mengeksplorasi isu-isu aktual.

“Misalnya, isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi profil pelajar Pancasila. Jadi, bagi guru-guru yang mungkin khawatir dengan perubahan (kurikulum merdeka) ini, karena lebih fleksibel jam waktunya, kami jamin ini tidak akan merugikan guru. Tidak akan mengurangi jam mengajar dan tunjangan guru,” tukas Nadiem.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif