Redaksi Solopos.com / R. Bambang Aris Sasangka | SOLOPOS.com
Wagub H Sudarto dan puluhan pejabat yang menyertainya saat itu sedang dalam perjalanan dari Ibukota Palu menuju Tentena, sekitar 60 km selatan Kota Poso, untuk membuka kegiatan wisata Festival Danau Poso. Namun rombongan terhenti di Kelurahan Moengko, sekitar enam kilometer dari pusat Kota Poso karena jalan trans Sulawesi di Kelurahan Kayamanya ditutup massa yang memprotes operasi oleh polisi yang menewaskan seorang terduga teroris bernama Abdul Halid Tumbigo.
Setelah hampir tiga jam tertahan di Kelurahan Moengko, pasukan Brimob Polda Sulteng yang menggunakan sebuah panser Barracuda datang menjemput Wagub. Panser tersebut kemudian diikuti mobil rombongan Wagub dan puluhan mobil lainnya yang tertahan sejak pagi hari. Panser yang membawa Wagub lantas berhenti di Mapolres Poso. Di Markas Polres Poso, Sudarto bertemu dengan Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Dewa Parsana, kemudian melanjutkan perjalanan ke Tentena dengan kendaraan dinas Wagub.
Jalan trans Sulawesi di dalam kota tersebut diblokir warga untuk meminta polisi mengembalikan jenazah korban Abd Halid Tumbigo untuk dimakamkan. Setelah panser melintas di Kelurahan Kayamanya, puuhan personel polisi kemudian membersihkan jalanan sehingga jalur trans Sulawesi kembali terbuka sekitar pukul 17.00 WITA.
Kapolda Sulteng Brigjen Pol Dewa Parsana menegaskan bahwa situasi Poso saat ini pada umumnya aman dan tertib. “Yang terganggu sejak pagi tadi kan hanya di sekitar lokasi operasi dan saat ini sudah kembali normal,” ujarnya. Kapolda mengaku sudah bertemu dengan ibu korban dengan didampingi tokoh agama dan anggota DPRD Poso dan sudah dicapai kesepakatan bahwa jenazah akan dikembalikan setelah proses otopsi selesai dilaksanakan di RSU Bhayangkara Palu.
‘Karena pertimbangan kemanusiaan dan keaagamaan, jenazah yang semula akan dibawa ke Jakarta, kita kembalikan kepada keluarga untuk dikebumikan,” ujarnya. Kapolda juga menyebut bahwa baik keluarga korban, tokoh-tokoh agama dan anggota DPRD Poso sepakat untuk menjaga keamanan di Poso,” ujarnya.
Kapolda juga menyebutkan bahwa dalam penggerebekan tadi, pihaknya menangkap lebih dari 10 warga lainnya karena melakukan perlawanan dengan melempari petugas menggunakan bom-bom pipa paralon. “Namun apakah mereka terkait dengan jaringan terorisme, Kapolda mengatakan masih dalam pendalaman,” ujarnya.
Kalau korban tewas Abdul Halid Tumbigo dan seorang rekannya Yasin memang sudah merupakan target operasi karena telah memenuhi unsur-unsur untuk melakukan penegakkan hukum terhadap mereka. “Soal apa dan bagaimana peran mereka, nanti akan dibuka di pengadilan,” ujarnya.