News
Sabtu, 6 Agustus 2016 - 19:30 WIB

TERORISME DI INDONESIA : Kitabah Gonggong Rebus: Jaringan Lama Penyelundup Uighur & Kirim Fighter ke Suriah

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi tim Jihandak menangani benda diduga bom. (JIBI/Solopos/Antara/R. Rekotomo)

Terorisme di Indonesia kini diwarnai babak baru. Muncul Kitabah Gonggong Rebus yang diduga penyelundup orang Uighur ke Indonesia.

Solopos.com, JAKARTA — Terungkapnya rencana serangan roket dari Batam dengan sasaran Singapura dengan tertangkapnya enam anggota Kitabah Gonggong Rebus membuka tabir kelompok teroris yang belum terputus.

Advertisement

Polri menyebut kelompok ini merupakan jaringan teroris lama yang terkait dengan sejumlah nama. Orang-orangnya diduga terkait kelompok pelaku teror bom Mapolres Solo Juli lalu, yang juga diduga terkait jaringan Bahrun Naim. Nama terakhir disebut Kapolda Metro Jaya saat itu (yang kini menjadi Kapolri), Tito Karnavian, sebagai orang di balik teror bom Sarinah.

“Jaringan ini sudah terkoneksi seluruh Asia Tenggara, Malaysia, Singapura, Thailand, dan China. Artinya mereka juga sudah punya sasaran. Mereka juga sudah menargetkan Singapura, bukan hanya Indonesia,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Suhardi Alius, saat dihubungi live oleh Kompas TV, Sabtu (6/8/2016).

Menurut Suhardi, jaringan ini sudah lama muncul di Indonesia. Mereka diduga terlibat dalam berbagai persiapan aksi teror, termasuk memasukkan orang-orang Uighur ke Indonesia. Orang-orang Uighur ini diselundupkan lewat Malaysia untuk bertempur.

Advertisement

“Ini sudah lama terkait dengan Bahrun Naim, dapat perintah melakukan sesuatu. Jaringan ini punya beberapa peran seperti menyelundupkan orang asing, fighter dari Uighur lewat Malaysia, mereka juga memfasilitasi orang yang hendak ke Suriah,” lanjut Suhardi.

Salah satu orang Uighur yang dimaksud, kata Suhardi, terkait dengan kelompok Abu Musa di Bekasi dan aksi Nur Rohman saat meledakkan bom di Mapolresta Solo. “Jadi ini ada kaitan dengan pelaku di Solo.”

Karena itu, BNPT mengaku telah memetakan kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak celah bagi orang asing masuk secara ilegal. “Karena itu mutlak harus ada komunikasi dengan negara tetangga. Artinya harus ada penjagaan terhadap titik-titik potensial.”

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif