News
Sabtu, 4 Oktober 2014 - 11:49 WIB

TEROR ISIS : Lagi, ISIS Penggal Warga Inggris, 1 Warga AS Menyusul

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Potongan video yang menunjukkan warga Inggris, David Haines, menjelang dipenggal militan ISIS yang diketahui berlogat Inggris. (Istimewa/Reuters)

Solopos.com, LONDON — Militan ISIS kembali menyebarkan video pemenggalan tawanan yang merupakan seorang pekerja sosial asal Inggris, Alan Henning. Ini merupakan kali kedua ISIS mengeksekusi warga Inggris setelah mereka memenggal kepala David Haines, warga Inggris yang juga seorang pekerja sosial, September lalu. Baca: Video ISIS Penggal Warga Inggris Beredar.

Dilaporkan Reuters, video pemenggalan oleh ISIS tersebut diunggah di Youtube, Jumat (3/10/2014), dan mendapat kecaman dari pemerintah Inggris dan Amerika Serikat (AS). Rekaman itu menunjukkan seorang laki-laki paruh baya berbaju oranye berlutut di depan seorang militan berpakaian hitam di padang semak kering. Ini mirip dengan latar pemenggalan dua jurnalis Amerika dan warga Inggris belum lama ini.

Advertisement

Seperti dalam video sebelumnya, Alan Henning muncul dengan membaca naskah sebelum dibunuh. “Karena parlemen kami memutuskan menyerang Islamic State, saya, sebagai anggota masyarakat Inggris, sekarang akan membayar atas keputusan itu,” kata Alan membacakan naskah itu.

Selanjutnya, militan yang berbicara dengan logat Inggris itu mengatakan, “darah David Haines telah di tanganmu Cameron”. Hal itu merujuk pada warga Inggris yang telah dibunuh sebelumnya dan ditujukan untuk mengancam Perdana Menteri Inggris, David Cameron. “Alan Henning juga akan dipenggal, tapi darahnya ada di tangan parlemen Inggris.”

Advertisement

Selanjutnya, militan yang berbicara dengan logat Inggris itu mengatakan, “darah David Haines telah di tanganmu Cameron”. Hal itu merujuk pada warga Inggris yang telah dibunuh sebelumnya dan ditujukan untuk mengancam Perdana Menteri Inggris, David Cameron. “Alan Henning juga akan dipenggal, tapi darahnya ada di tangan parlemen Inggris.”

Alan Henning adalah seorang sopir taksi berusia 47 tahun asal Salford, utara Inggris. Dia tergabung dalam konvoi pengirim keperluan medis ke sebuah rumah sakit di Suriah utara pada Desember 2013. Misinya dicegat oleh sejumlah orang bersenjata dan Henning pun diculik.

PM Inggris, David Cameron, langsung bereaksi. “Pembunuhan brutal Alan Henning oleh ISIL (nama lain ISIS) menunjukkan betapa barbara dan menjijikkannya mereka. Doa saya malam ini bersama istri Alan, Barbara, anak-anak mereka, dan semua yang mencintai mereka,” katanya.

Advertisement

Sementara itu, pejabat AS mengatakan video berjudul “Another Message to America and its Allies” tidak diragukan keasliannya. Karena itu, mereka juga menyampaikan bela sungkawa.

“AS sangat mengutuk kebrutalan pembunuhan warga Inggris, Alan Henning,” kata Presiden AS, Barack Obama. “Bersama Inggris dan kawan-kawan sekutu, kami akan berusaha membawa pelaku pembunuhan Alan dan juga pembunuh Jim Foley, Steven Sotloff, dan David Haines, ke pengadilan.”

Di akhir bagian video berdurasi 1 menit 11 detik itu, militan eksekutor itu kembali menunjukkan tawanan lain yang diidentifikasi bernama Peter Edward Kassig, pemuda 26 warga AS. Orang tua Peter telah memberikan konfirmasi bahwa anak mereka telah menjadi tawanan saat bekerja dalam misi kemanusiaan di Suriah.

Advertisement

“Kami meminta setiap orang di seluruh dunia untuk mendoakan keluarga Henning, anak kami, dan pembebasan semua orang tak bersalah yang menjadi tawanan di Timur Tengah serta seluruh dunia,” kata Ed dan Paula Kassig dalam pernyataannya di Indianapolis, AS.

Peter Kassig bertugas di militer AS dalam perang Irak sebelum karirnya berakhir karena masalah medis. Pentagon juga mencatat dia menjadi tentara dan dikirim ke Irak dari April hingga Juli 2007. Setelah meninggalkan dunia militer, Peter menjadi paramedis emergensi dan bertugas di Lebanin pada Mei 2012. Dia menjadi relawan di rumah sakit dan merawat tawanan Palestina yang melarikan diri ke Suriah.

Dia ditangkap pada 1 Oktober 2013 dalam perjalanan ke Deir al Zor, kota di timur Suriah. Saat itu dia bekerja dalam Special Emergency Response and Assistance, sebuah LSM yang didirikannya pada akhir 2012 dan berbasis di selatan Turki. Organisasi itu bertugas merawat warga Suriah yang kabur ke perbatasan Turki. Menurut keluarganya, saat ditawan, Peter pindah agama ke Islam dan mengubah namanya menjadi Abdul Rahman.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif