News
Senin, 16 Mei 2011 - 04:18 WIB

Ternyata itu malam terakhir

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - (shootguns.info)

(shootguns.info)

Malam itu, Jumat (13/5), Bayu, 17, dan sejumlah warga lain menikmati sajian yang dijajakan Nuriman, 38, di gerobak hiknya di tengah Gang Kantil Dukuh Dukuh RT 2/RW III, Desa Sanggrahan, Grogol, Sukoharjo. Seperti biasa, Bayu pun menikmati sajian sejumlah makanan dan wedang disana. Tak ada yang menyangka, malam itu akan berakhir dengan sesuatu yang mengejutkan.
Advertisement

Dini hari Sabtu, Bayu pun beranjak meninggalkan tempat itu menuju rumahnya dengan berjalan kaki tak lebih dari 50 meter. “Pukul 01.00 WIB kurang sedikit saya pulang,” katanya.Dan kesempatan menikmati sajian hik malam itu rupanya menjadi momentum pertemuan Bayu dan Nuriman yang tak terlupakan. “Belum ada lima menit di rumah, saya mendengar suara senjata. Jelas, lebih dari lima kali tembakan,” kisahnya.

Sontak Bayu keluar rumah dan memastikan suara itu. Dia terkejut saat melihat tragedi yang berlangsung di gang depan tempat tinggalnya. “Orang-orang di luar banyak. Tapi warga diminta masuk ke rumah, saya sempat mengintip dari sela gorden,” katanya.

Tak banyak adegan yang dilihatnya, lebih-lebih karena orangtuanya melarang Bayu menyimak drama menegangkan itu. “Ada tiga orang yang berlarian menuju ke tempat Pak Nur (panggilan akrab Nuriman-red), tapi saya tak tahu kenapa mereka itu,” imbuhnya.

Advertisement

Badan Bayu pun masih bergetaran saat menceritakan hal itu di ujung Gang Kantil. Lumrah saja, Bayu sering memfokuskan pandangannya ke arah titik lokasi ceceran darah. “Saya belum tahu pastinya. Yang saya dengar ada tiga orang yang dibawa keluar tapi entah mati atau tidak. Tapi Pak Nur juga belum diketahui keberadaannya,” paparnya. Saat itu, ingatnya, mobil polisi bersliweran di samping garis polisi. Warga masih terlihat saling bergerombol dan saling membagi informasi tentang kejelasan peristiwa sesaat itu.

Di mata Bayu, Nuriman adalah orang yang memiliki kepribadian lumrah. Bayu menganggap tak hal menonjol yang menjadi perbedaan sikap dalam hal bersosialisasi pada diri Nuriman dibanding lazimnya warga di tempat itu.

Pria asal Gawok, Gatak, Sukoharjo itu, mulai tinggal di kampung Dukuh sekitar 10 tahun belakangan. Tepatnya setelah dirinya menikahi warga setempat, Waliuk. Wanita yang tinggal di depan SD N 1 Sanggrahan itu dipilihanya menemaninya dalam melakoni bahtera rumah tangga.

Advertisement

Begitulah Bayu mengenal Nuriman. Tak diduganya sama sekali, malam itu saat terakhirnya menikmati sajian di gerobak hik di gang itu.

Oleh: Oriza Vilosa

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif