Redaksi Solopos.com / R. Bambang Aris Sasangka | SOLOPOS.com
Akan tetapi menurut penuturan Hesti, sang kakak yang juga tinggal serumah kepada Solopos.com, kepribadian Wawa dan istrinya, Tri R, warga Cemani, Grogol, Sukoharjo, mengalami perubahan cukup besar sejak dua tahun terakhir. Beberapa perubahan yang terjadi di antaranya prinsip yang dipegang Wawa maupun adik iparnya termasuk cara berpakaian. “Dulu Tri itu pakai jilbab biasa saja, berubah memakai cadar. Terus Wawa dulu sering menggunakan celana jeans sekarang tidak pernah dan sekarang celananya cingkrang,” tuturnya. Pasangan Wawa dan Tri dikaruniai seorang anak yang baru berusia 1 bulan.
Perubahan itu, lanjut dia, juga mempengaruhi kuliahnya. Sejak SMP, Hesti menceritakan Wawa menyukai bidang elektronik hingga sewaktu SMK maupun kuliah pun mengambil bidang yang sama. Hingga terakhir Wawa maupun istri tercatat sebagai mahasiswa semester akhir Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Surakarta. “Wawa suka sekali membuat robot. Bahkan sering mewakili kampus mengikuti lomba membuat robot dan mendapat banyak penghargaan,” ujarnya.
Namun kecintaannya membuat robot tiba-tiba berubah. Wawa tidak lagi suka membuat robot. Menurut keyakinannya, robot merupakan bentuk yang mirip manusia dan itu tidak diperbolehkan oleh agama. Sejak itulah, lanjut dia, Wawa sama sekali tidak menyukai robot. Hal ini membuat kuliahnya terhenti karena salah satu persyaratan skripsi adalah membuat robot. “Dua-duanya (Wawa dan istrinya) tidak tamat kuliah. Mereka berhenti gara-gara robot itu,” tutur Hesti.
Hesti mengaku tidak mengetahui secara pasti yang menyebabkan mereka berubah. Walaupun dalam satu rumah, Hesti jarang berbicara dengan adik maupun istrinya. Termasuk mengetahui siapa saja teman adiknya tersebut. “Saya cuek. Keluarja juga cuek karena itu tadi prinsipnya sudah berbeda. Dengan ini [penangkapan terduga teroris] saya pokoknya cuek dan tidak mau tahu. Kalau memang benar dia berbuat ya dia harus bertanggung jawab,” tukasnya.