News
Sabtu, 4 Juni 2011 - 15:25 WIB

Teknologi ketinggalan, buah lokal RI sulit mendunia

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta (Solopos.com)–Masih tertinggalnya teknologi pertanian di dalam negeri membuat komoditas buah-buahan lokal tak bisa menembus pasar internasional. Namun justru Indonesia terus dibanjiri oleh buah impor.

Ketua Komite Tetap Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri Kadin, Handito Joewono mengatakan, menjual buah ke luar negeri harus dibarengi dengan teknologi yang membuat buah tersebut sampai ke negara tujuan tanpa cacat. Namun untuk melakukan itu, Indonesia masih terkendala teknologi.

Advertisement

“Buah itu bukan hanya masalah enak nggak enak, tapi bagaimana menampilkan buah itu dengan kondisi bagus sampai ke negara asalnya,” imbuhnya ketika ditemui di Gedung SMESCO, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (3/6/2011) malam.

“Teknologi kita belum memungkinkan kita ekspor dengan murah dan baik. Baik doang sih bisa, tapi mahal,” tambahnya.

Masih buruknya infrastruktur di Indonesia juga mengisyaratkan buah lokal Indonesia belum layak untuk diekspor. Menurut Handito, seharusnya buah Indonesia lebih fokus untuk menguasai pasar dalam negeri daripada menyibukan diri untuk mempersiapkan ekspor.

Advertisement

“Permasalahannya masih banyak kan. Infrastruktur kita buat ekspor itu masih panjang ceritanya, jadi mendingan kuasai dulu pasar dalam negeri,” katanya.

Menurur Handito, akan menjadi pencapaian yang luar biasa apabila buah lokal Indonesia mampu menguasai pasar dalam negeri. Selain itu, penguasaan buah lokal di pasar dalam negeri akan mengurangi dominasi buah impor dan mebangkitkan masyarakat untuk mencintai produk dalam negeri.

“Buah lokal, kalau bisa menggantikan separuh dari buah impor itu sudah luar biasa. Itu masalanya tidak hanya rupiah, masalah kecintaan kita pada produk sendiri,” paparnya.

Advertisement

Handito menilai, secara hitung-hitungan bisnis, ekspor itu lebih berat daripada impor. Karena itu, lebih baik Indonesia mengurangi impor daripada harus bersusah-payah menjual buah ke luar negeri. “Daripada kita meningkatkan ekspor, mendingan kita mengurangi impor,” ujarnya.

(detik.com/tiw)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif