News
Jumat, 19 Oktober 2018 - 05:30 WIB

Tambang Pasir di Lereng Merapi Perparah Abrasi Parangtritis Jogja

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, BANTUL — Tinggi normal gelombang pantai selatan antara 2-5 meter dapat menyebabkan abrasi pantai secara besar-besaran. Sebab pantai di Bantul seperti Parangtritis dan pantai Kwaru menghadap ke Samudra Indonesia. Namun penyebabnya tak hanya itu.

Para pakar mengkhawatirkan terjadinya abrasi di wilayah pantai selatan Bantul, Jogja. Abrasi ini juga terjadi karena berkurangnya pasir dari Gunung Merapi yang diendapkan melalui sungai-sungai besar di Jogja dan bermuara di Pantai Kwaru hingga Parangtritis.

Advertisement

Peneliti seksi kebencanaan dari Pusat Studi Manajemen Sungai dan Pantai UPN V Yogyakarta, Jatmika Setiawan, mengatakan penambangan pasir besar-besaran terjadi di Sleman. Hal ini membuat endapan pasir yang mencapai pantai selatan kian sedikit.

“Dulu pasir dari gunung Merapi yang dibawa oleh sungai lalu bermuara ke pantai di Bantul, dengan adanya penambangan jumlah pasir yang dibawa menjadi berkurang,” kata dia kepada Harian Jogja di rumah Wakil Bupati Bantul.

Jatmika juga menerangkan kondisi Pantai Parangtritis adalah pantai terjal. Pantai terjal merupakan pantai yang menghadap ke arah tumbukan antara lempeng Samudra Hindia dan lempeng benua Australia. Pertemuan lempeng ini terletak di Bantul.

Advertisement

Karakteristik Pantai Parangtritis yang mempunyai palung laut dengan kedalaman 2-6 kilometer. Jatmika menyatakan jika ombak laut di Pantai Parangtritis yang kelihatannya 2-5 meter pada saat mengenai tumpuan pantai akan menimbulkan ombak yang tinggi.

Ketika terjadi abrasi, ombak laut akan membentuk gumuk pasir. Ketika kembali ke laut, ombak akan membawa pasir dari gumuk pasir di kawasan pantai yang landai seperti Parangtritis, menuju laut.

“Abrasi sekarang terlihat besar disebabkan berkurangnya jumlah pasokan pasir dari Gunung Merapi yang seharusnya mengalir ke pantai selatan. Itu tadi karena pasir ditambang di muara sungai, jadinya enggak seimbang,” jelas dia.

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif