News
Kamis, 2 Desember 2021 - 12:02 WIB

Suku Sunda dan Jawa Tinggal 1 Pulau, Tapi Kok Beda Bahasa?

Yesaya Wisnu  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Suku Sunda di Sumedang, Jawa Barat (Instagram/@sumedangdoeloe)

Solopos.com, SOLO — Bahasa Jawa umumnya digunakan di sebagian besar provinsi yang ada di Pulau Jawa, seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur. Hal ini dikarenakan ketiga provinsi tersebut didominasi oleh warga keturunan Suku Jawa. Berbeda dengan Jawa Barat dan Banten yang penduduknya didominasi oleh Suku Sunda.

Hal ini membuat kawasan Jawa Barat dan Banten berbeda dengan daerah lainnya di Pulau Jawa. Meskipun tinggal di satu pulau, warga Suku Sunda yang menghuni Provinsi Jawa Barat dan Banten tidak menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari mereka, melainkan menggunakan Bahasa Sunda. Mengapa demikian?

Advertisement

Berdasarkan pantauan Solopos.com melalui video di kanal Youtube DnA Motorbike menjelaskan alasan warga Suku Sunda tidak berbahasa Jawa lantaran mereka bukan orang Jawa seperti penghuni Pulau Jawa pada umumnya. Mereka menggunakan Bahasa Sunda yang sudah diperkenalkan sejak zaman kerajaan Pasundan atau Pakuan Pajajaran, di mana para tokoh atau raja-raja kerajaan saat itu telah menggunakan Bahasa Sunda dalam percakapan sehari-hari.

Baca Juga: Aji Saka, Nenek Moyang Orang Jawa?

Advertisement

Baca Juga: Aji Saka, Nenek Moyang Orang Jawa?

Asale Bahasa Jawa dan Sunda 

Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa sebenarnya berasal dari akar bahasa yang sama, yaitu Melayu Polinesia. Namun secara pelafalan, dialek dan fonologi, kedua bahasa ini memiliki perbedaan yang sangat kentara. Bahasa Sunda pada awalnya tidak mengenal struktur tingkatan bahasa berdasarkan jabatan dan usia seperti pada Bahasa Jawa yang menggunakan tingkatan, yaitu ngoko dan krama.

Namun pada masa Kerajaan Mataram Islam di mana terjadi ekspansi wilayah hingga ke Jawa Barat, Suku Sunda mendapat pengaruh besar dari Suku Jawa, salah satunya penggunaan Bahasa Jawa di sebagian wilayah Jawa Barat yang berdekatan dengan Jawa Tengah, seperti Cirebon, Cilegon, Indramayu dan sekitarnya.

Advertisement

Baca Juga: Mitos Larangan Pernikahan Orang Sunda dan Jawa, 

Perselisihan Suku Jawa dan Sunda 

Berdasarkan faktor relasional, Suku Sunda dan Suku Jawa tidak memiliki keterikatan dan hubungan secara emosional yang begitu dalam. Sejak awal peradabannya, Suku Sunda dan Suku Jawa hidup secara masing-masing. Perselisihan Suku Sunda dan Suku Jawa terjadi karena faktor politik antar dua kerajaan, yaitu Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Negeri Sunda yang berakhir dalam perang Bubat pada abad ke-14. Dari perang tersebut, munculah mitos bahwa ada larangan pernikahan antara Suku Sunda dan Suku Jawa.

Advertisement

Meskipun demikian, Suku Sunda dan Suku Jawa sebenarnya berasal dari nenek moyang yang sama. nenek moyang kedua suku ini berasal dari dataran Yunan di Tiongkok. Ras induk dari Suku Sunda dan Jawa adalah Ras Austronesia yang umum tersebar di negara-negara Asia Tenggara, salah satunya Indonesia bagian barat. Induk Ras Austronesia saat ini dipercaya menduduki daerah pedalaman pulau Farmosa yang sekarang disebut Taiwan atau China Taipeh.

Baca juga: Asale Pulau Jawa: Pecahan Australia – Dipaku di Gunung Tidar

Suku Sunda sendiri merupakan suku terbesar kedua setelah Suku Jawa dengan presentase sekitar 15 persen dari total penduduk Indonesia sebesar 270 juta jiwa (2020). Selain di Jawa Barat, suku Sunda juga umum ditemui di kawasan-kawasan lain, seperti di Jakarta dan beberapa kota/kabupaten di Jawa Tengah serta masih banyak lagi.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif