News
Minggu, 23 April 2023 - 06:27 WIB

Suhu Udara di Asia Kian Menyengat, Krisis Listrik dan Kesehatan Mengintai

Kathleen Dewitri  /  Muhammad Khadafi  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi suhu udara yang panas (IST)

Solopos.com, JAKARTA — Suhu udara Asia terasa panas hingga mendidih dalam sepekan terakhir. Hal ini meningkatkan risiko krisis listrik hingga kesehatan di sejumlah negara.

Seperti dilansir Bisnis dari Bloomberg, Minggu (23/4/2023), Thailand mencetak rekor suhu tertinggi pekan lalu, yakni 45 derajat Celcius. Pada saat yang sama Bangladesh mencatat suhu lebih dari 40 derajat celcius.

Advertisement

Di India, panas ekstrem telah meningkatkan risiko krisis energi. Pemerintah telah memperingatkan mengenai risiko pemadaman listrik seiring dengan temperatur tinggi yang membuat penggunaan pendingin udara dan pompa irigasi naik. Pada 2022, gelombang panas di India berdampak pada suplai gandum di negara tersebut.

Dampak dari panas ekstrem di Asia mengancam ekonomi di luar wilayah. China dan Vietnam merupakan pusat produksi sebagian besar pasokan elektronik hingga pakaian di dunia. Isu cuaca saat ini dengan risiko kekeringan datang saat kedua negara tengah dalam pemulihan dari pandemi Covid-19.

Advertisement

Dampak dari panas ekstrem di Asia mengancam ekonomi di luar wilayah. China dan Vietnam merupakan pusat produksi sebagian besar pasokan elektronik hingga pakaian di dunia. Isu cuaca saat ini dengan risiko kekeringan datang saat kedua negara tengah dalam pemulihan dari pandemi Covid-19.

Provinsi Yunnan, di barat daya China, sudah merasakan dampak dari panas ekstrem. Produksi aluminium di wilayah itu berkurang sejak September 2022 karena produksi listrik tenaga air berkurang.

China akhirnya saat ini, bersama dengan India, mengandalkan batu bara untuk menjaga pasokan listrik.

Advertisement

“Rekor panas di Thailand, Cina, dan Asia Selatan adalah tren iklim yang jelas akan menyebabkan tantangan kesehatan masyarakat untuk tahun-tahun mendatang,” kata Fahad Saeed, seorang ilmuwan Analisis Iklim yang berbasis di Islamabad.

Cuaca ekstrem semakin sering terjadi karena perubahan iklim, dan dunia baru saja mengalami dua tahun La Nina — yang menyebabkan banjir di Pakistan dan kekeringan di Amerika Selatan.

Pada tahun ini, kemungkinan juga akan kembali terjadi El Nino, yang akan membawa kondisi lebih kering di beberapa wilayah Asia.

Advertisement

Para ilmuwan iklim memperkirakan rata-rata suhu global dapat memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa antara tahun 2023 dan 2024 akibat perubahan iklim dan antisipasi kembalinya fenomena cuaca El Nino.

Kondisi iklim menunjukkan bahwa setelah tiga tahun cuaca La Nina di Samudra Pasifik yang cenderung menurunkan suhu global, dunia diperkirakan akan mengalami El Nino kembali pada akhir tahun ini.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif