News
Kamis, 10 November 2022 - 20:12 WIB

Sriwijaya Air SJ182 Jatuh Dipicu Kinerja Mesin Kiri dan Kanan Tak Seimbang

Anitana Widya Puspa  /  Abu Nadzib  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah penyelam TNI AL menarik puing yang diduga turbin dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 ke atas KRI Rigel-933 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Senin (11/1/2021). (Antara/M Risyal Hidayat)

Solopos.com, JAKARTA – Penyebab kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh saat penerbangan dari Jakarta ke Pontianak pada 9 Januari 2021 lalu terungkap.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebut kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 lebih dari satu tahun lalu itu karena kinerja mesin kiri dan kanan tidak seimbang.

Advertisement

Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan, Nurcahyo Utomo, menjelaskan pesawat dengan registrasi PK-CLC tersebut tinggal landas pada pukul 14.36 WIB dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta menuju Bandara Internasional Supadio, Pontianak.

Nurcahyo menuturkan, pada saat sedang bergerak naik, pengaturan arah pada autopilot berubah dan disusul perubahan pengaturan vertikal.

Baca Juga: 10 Kasus di 2022, Indonesia Posisi Tujuh Kecelakaan Pesawat Terbanyak

Menurutnya, perubahan tersebut membutuhkan tenaga mesin yang lebih kecil. Normalnya, pengatur tenaga mesin (thrust lever) akan bergerak mundur bersama untuk mengurangi tenaga mesin.

Nurcahyo menjelaskan, data kotak hitam merekam bahwa pengatur tenaga mesin kiri bergerak mundur sedangkan yang kanan tetap sehingga terjadi perbedaan tenaga mesin.

Kondisi itu membuat tenaga mesin kiri lebih kecil dibandingkan dengan tenaga mesin sebelah kanan atau yang disebut dengan asimetri.

Baca Juga: Terungkap, Ini Ucapan Terakhir Pilot kepada ATC Sebelum Pesawat Sriwijaya Air Jatuh

Advertisement

“Investigasi menyimpulkan bahwa sistem autothrottle tidak dapat menggerakkan thrust lever kanan akibat adanya gaya gesek atau gangguan lain pada bagian mekanikal thrust lever kanan. Menjelang ketinggian 11.000 kaki, permintaan tenaga mesin semakin berkurang, hal ini membuat thrust lever kiri semakin mundur,” kata Nurchayo, Kamis (10/11/2022).

Menurutnya, pesawat udara Boeing 737-500 tersebut telah dilengkapi dengan sistem Cruise Thrust Split Monitor (CTSM) yang berfungsi menonaktifkan autothrottle jika terjadi asimetri.

Hal itu guna mencegah perbedaan tenaga mesin yang lebih besar. Penonaktifan autothrottle terjadi antara lain jika flight spoiler membuka lebih dari 2,5 derajat selama minimum 1,5 detik.

Baca Juga: Selain Sriwijaya Air, Ini 3 Kecelakaan Pesawat Jatuh di Indonesia pada Januari

Kondisi ini tercapai pada pukul 14.39.40 WIB saat pesawat udara berbelok ke kanan dengan sudut 15 derajat tetapi autothrottle tetap aktif dan menjadi nonaktif pada pukul 14.40.10 WIB.

Nurcahyo mengatakan keterlambatan ini diyakini karena flight spoiler memberikan informasi dengan nilai yang lebih rendah yang disebabkan karena penyetelan pada flight spoiler.

Adapun penyetelan pada flight spoiler ini belum pernah dilakukan di Indonesia.

Advertisement

Baca Juga: Duh, Kapal SAR Berbenturan dengan Kapal Lain di Lokasi Evakuasi Sriwijaya Air

Kondisi asimetri telah menimbulkan perbedaan tenaga mesin yang menghasilkan gaya yang membuat pesawat udara pesawat bergeleng (yaw) ke kiri.

Secara aerodynamic, yaw akan membuat pesawat miring dan berbelok ke kiri.

Gaya miring atau yang membelokkan pesawat udara ke kiri yang dihasilkan oleh perbedaan tenaga mesin menjadi lebih besar dari gaya yang membelokkan ke kanan yang dihasilkan oleh aileron dan flight spoiler.

Baca Juga: Hari Kelima, Total Ada 141 Kantong Jenazah Korban Sriwijaya Air SJ182

Kondisi ini menyebabkan pesawat berbelok ke kiri.

Namun dengan adanya keterlambatan CTSM untuk menonaktifkan autothrottle telah menyebabkan perbedaan tenaga mesin semakin besar, dan pesawat udara berbelok ke kiri yang seharusnya ke kanan.

Advertisement

Deviasi berbeloknya pesawat udara tidak sesuai dengan yang diinginkan merupakan indikasi bahwa pesawat udara telah berada pada kondisi terganggu (upset).

Baca Juga: Viral Tanda SOS di Pulau Laki Kepulauan Seribu, Basarnas Tanggapi Begini

Perubahan yang terjadi di kokpit pesawat antara lain perubahan posisi thrust lever, penunjukan indikator mesin, dan perubahan sikap pesawat yang tergambar pada EADI (Electronic Attitude Direction Indicator) tidak disadari oleh pilot.

Hal ini mungkin disebabkan karena kepercayaan terhadap sistem otomatisasi. Pada saat pesawat berbelok ke kanan, kemudi juga miring ke kanan dapat membuat pilot berasumsi pesawat berbelok ke kanan sesuai yang diinginkan.

Kondisi tersebut merupakan confirmation bias, yaitu kondisi di mana seseorang mempercayai informasi yang mendukung opini atau asumsinya.

Baca Juga: 3 Korban Sriwijaya Air SJ182 Teridentifikasi, Salah Satunya Kopilot

Padahal yang terjadi, saat kemudi miring ke kanan, pesawat berubah menjadi miring dan berbelok ke kiri.

Advertisement

Kondisi ini menyebabkan adanya peringatan kemiringan yang berlebih atau bank angle warning. Kurangnya pengawasan pada instrumen dan posisi kemudi yang miring ke kanan, telah menimbulkan asumsi bahwa pesawat miring ke kanan sehingga tindakan pemulihan tidak sesuai.

Complacency terhadap sistem otomatisasi dan confirmation bias kemungkinan telah menyebabkan dikuranginya monitor pada instrumen dan keadaan lain yang terjadi,” jelasnya.

Baca Juga: 3 Hari Pencarian, Basarnas Kumpulkan Total 74 Kantong Jenazah Korban Sriwijaya Air SJ-182

Tak hanya itu, investigasi juga menemukan bahwa belum adanya aturan tentang Upset Prevention and Recovery Training [UPRT] berpengaruh terhadap pelatihan yang dilaksanakan oleh maskapai.

Setelah kejadian nahas tersebut, beberapa pihak telah melakukan tindakan keselamatan sebagai upaya meningkatkan keselamatan.

Nurcahyo menyebut tindakan keselamatan dilakukan oleh Kementerian Perhubungan dengan melakukan inspeksi khusus kepada seluruh pesawat udara Boeing 737-300/400/500.

Baca Juga: Keluarga 2 Penumpang Pesawat Sriwijaya Air SJ182 Asal Sragen Jalani Tes DNA

Advertisement

Kemudian, merevisi Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) Bagian 121 terkait ketentuan pelaksanaan UPRT, dan membentuk tim khusus untuk membuat panduan pelaksanaan UPRT di Indonesia.

Sriwijaya Air, sebutnya, telah melakukan beberapa tindakan keselamatan, termasuk membuat pelatihan UPRT bekerja sama dengan konsultan.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Investigasi Rampung, KNKT Ungkap Penyebab Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182”

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif