News
Minggu, 15 Maret 2015 - 12:45 WIB

SOLOPOS HARI INI : Rudy Pegang Kunci Pilkada Solo hingga Golkar Terancam Jadi Partai Gurem

Redaksi Solopos.com  /  Evi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Halaman Depan Harian Umum Solopos edisi Minggu, 15 Maret 2015

Solopos hari ini menanggkat kecelakaan tragis di Sragen hingga penangkapan WNI di Turki.

Solopos.com, SOLO – Pilkada Solo diwarnai dengan konflik internal partai di lingkup Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDIP Solo. Berita ini menjadi berita utama di Harian Umum Solopos hari ini, Minggu (15/3/2015).

Advertisement

Konflik yang terjadi dalam kubu PDIP Solo, dikhawatirkan akan menjadi faktor utama penolakan atas pencalonan F.X. Hadi Rudyatmo. Terkait dengan kekhawatiran tersebut, beberapa pimpinan partai koalisi PDIP turut angkat bicara.

Wacana akan diadakan pemetaan ulang langkah partai koalisi besar PDIP pun mencuat. Hal ini dilakukan untuk dapat mengajukan Rudy sebagai Wali Kota Solo kembali. Namun begitu, pada akhirnya, Rudylah yang akan menentukan langkahnya dalam Pilkada Solo 2015 ini.

Advertisement

Wacana akan diadakan pemetaan ulang langkah partai koalisi besar PDIP pun mencuat. Hal ini dilakukan untuk dapat mengajukan Rudy sebagai Wali Kota Solo kembali. Namun begitu, pada akhirnya, Rudylah yang akan menentukan langkahnya dalam Pilkada Solo 2015 ini.

Simak rangkuman berita utama Harian Umum Solopos edisi Minggu, 15 Maret 2015, berikut;

KONFLIK INTERNAL PARTAI: Rudy Pegang Kunci Pilkada Solo
Situasi politik menjelang pilkada Kota Solo bisa mengalami perkembangan menarik terkait konflik internal yang kini merebak di lingkup Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDIP Solo.

Advertisement

Ketua DPD Partai Amanat Nasional (PAN) Solo, Umar Hasyim, menyatakan peta politik pilkada Solo bisa berubah bila calon petahanan tidak maju. Dia memprediksi partai anggota koalisi besar akan menyiapkan strategi baru untuk menghadapi cawali PDIP selain Rudy.

[Baca juga: Rudy Mundur Peta Politik di Solo BerubahBegini Kala Rudy Mengancam Mundur]

LAGA EKSHIBISI: Eks Penggawa Timnas Habisi Pengurus Persis 14-0!
Senyum lebar terlihat di wajah Asisten Pelatih Persis Solo, Pipit F. Yulianto, saat menjalani sesi foto bersama tim pengurus Askot PSSI Solo di Stadion Manahan, Sabtu (14/3) sore. Ia tampak percaya diri menjalani sesi foto yang digelar sesaat sebelum tim Askot PSSI Kota Solo menjalani laga persahabatan melawan Timnas All Stars.

Advertisement

Maklum, Timnas All Stars berisi para pemain berusia tua yang merupakan pensiunan dari timnas. Atas dasar itu, Pipit mengira mereka takkan menjadi lawan yang sulit bagi tim Askot PSSI Solo yang turut diperkuat beberapa eks penggawa timnas seperti Komang Putra, Agung Setyabudi, dan Nasrul Koto.

Namun siapa sangka. Kendati sudah berusia tua, para pemain Timnas All Stars masih mampu menunjukkan kepiawaian mereka di lapangan. Berisikan para pemain timnas masa lalu seperti Rochi Putiray, Kamarudin Betai, I Putu Gede, Leo Soputan, hingga Marzuki Nyak Mad, Timnas All Stars justru mampu membuat tim Askot PSSI Solo tak berkutik.

[Baca juga: Persis Rancang Tur Pramusim di Luar Kota]

Advertisement

PENCAKAR LANGIT: Sahid Sudirman Center Jadi Gedung Tertinggi
Pendiri kelompok usaha Sahid, H. Sukamdani Sahid Gitosardjono berulang tahun, Sabtu (14/3). Pendiri Grup Media Bisnis Indonesia dan Solopos ini pun mendapat kado istimewa, yaitu Sahid Sudirman Center yang menjadi gedung tertinggi di Indonesia.

Gedung yang berdiri di kawasan bisnis Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat ini memang istimewa. Dana sebesar Rp 1,5 triliun dikucurkan untuk membangun gedung berlantai 52 ini. Vice President Sahid Group, Haryadi Sukamdani, mengatakan dana itu hanya digunakan untuk membangun gedung setinggi 233,6 meter itu. Nilai investasi itu belum termasuk pembelian tanah seluas 1 hektare yang menjadi lokasi gedung tersebut.

”Harga tanah bergerak terus. Tanah sekitar sini harganya Rp120 juta per meter. Jadi tinggal hitung saja,” imbuhnya.

[Lihat juga: Bos Sahid Syukuran Sahid Sudirman Center]

PERPECAHAN PARTAI: Golkar Terancam Jadi Partai Gurem
Terpecahnya Partai Golkar memicu kekhawatiran salah satu politikus seniornya, Akbar Tandjung. Jika tidak segera ada proses rekonsiliasi, Akbar khawatir Golkar jadi partai gurem alias partai dengan penguasaan suara di parlemen yang sangat kecil.

”Perlu dicatat, 2014 Golkar dengan 91 kursi, 2009 dapat 106 kursi, kami pernah menang 2004 dengan 128 kursi. Bayangkan kalau nanti kami pilkada enggak ada Partai Golkar, saya bayangkan perolehan kursi nanti di Pemilu 2019 cuma separuh dari 2014. Bisa cuma 40-an kursi. Dengan demikian, Golkar bisa jadi partai papan tengah, bahkan papan bawah,” kata Akbar, Sabtu (14/3).

”Ini membuat keprihatinan saya yang pernah memimpin Golkar di saat yang amat berat pada ’98-’99, di mana tekanan pada Golkar begitu gencar, juga perusakan aset Golkar. Belum lagi kader Golkar dikejar-kejar, itu saya alami,” papar Akbar.

Akbar juga mengenang kegagalannya mempertahankan kursi ketum karena dikalahkan oleh JK. Dia berharap pengurus Golkar saat ini bisa mengambil pelajaran dari peristiwa itu.

[Baca juga: Akbar Tandjung: Hak Angket untuk Menkumham Bukti KMP SolidAkbar Usulkan Golkar Gelar Munas Luar BiasaAkbar Tandjung Ogah Akui Agung Laksono sebagai Ketua Golkar]

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif