News
Selasa, 8 Februari 2022 - 07:48 WIB

Solopos Hari Ini: Gonta-Ganti Kebijakan PJJ

Mariyana Ricky P.d  /  Candra Mantovani  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Harian Solopos edisi Selasa (8/2/2022).

Solopos.com, SOLO — Pembelajaran jarak jauh (PJJ) di Kota Solo akan dievaluasi setelah sepekan dijalankan. Harian Solopos edisi Selasa (8/7/2022) mengusung headline terkait revisi ketentuan PJJ yang dilaksanakan Pemkot Solo untuk menekan persebaran kasus Covid-19.

Gonta-Ganti Kebijakan PJJ

SOLO-Setelah memutuskan pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama sebulan, keputusan Pemerintah Kota Solo (Pemkot) berubah. PJJ hanya sepekan lalu dievaluasi lagi melihat kasus Covid-19.

Advertisement

Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menyebut pelaksanaan PJJ bagi seluruh sekolah di Kota Bengawan bakal dievaluasi dalam sepekan. Penghentian pembelajaran tatap muka (PTM) 100% mulai Senin (7/2/2022) dilakukan menyusul temuan kasus yang melonjak dua pekan terakhir, utamanya dua hari lalu.

Keputusan tersebut merevisi kebijakan Pemkot Solo bahwa PJJ 100% berlangsung selama sebulan. Kepada wartawan di Balai Kota, Senin, Gibran mengatakan evaluasi dilakukan menyesuaikan perkembangan kasus. “Kami evaluasi dulu sepekan ini. Kita lihat perkembangan seperti apa,” kata dia.

Advertisement

Keputusan tersebut merevisi kebijakan Pemkot Solo bahwa PJJ 100% berlangsung selama sebulan. Kepada wartawan di Balai Kota, Senin, Gibran mengatakan evaluasi dilakukan menyesuaikan perkembangan kasus. “Kami evaluasi dulu sepekan ini. Kita lihat perkembangan seperti apa,” kata dia.

Baca Juga: Langsung PJJ, Begini Aktivitas Sekolah di Solo setelah PTM Disetop

Penyetopan PTM dilaksanakan karena kasus aktif di Kota Solo sudah hampir 450 kasus, sedangkan temuan kasus ada di 28 sekolah. Di samping itu, keputusan putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) tersebut juga sejalan dengan instruksi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang menghendaki PTM di SMA/SMK/SLB dihentikan sementara. “Kasus naik dan instruksi Gubernur SMA/SMK ditutup semua,” ucapnya lagi. Berita selengkapnya bisa dibaca di Harian Solopos edisi Selasa (8/2/2022).

Advertisement

Korban PHK Terdampar Jadi Badut Lampu Merah

Begitu lampu bangjo menyala merah, laki-laki dengan tubuh berwarna silver maupun badut jalanan beraksi. Mereka mendatangi kendaraan yang berhenti. Ada yang mengamen, lainnya meminta-minta.

Ada yang mendapat rezeki ketika pengendara mobil atau sepeda motor memberi rupiah. Tak jarang mereka mendapat penolakan.

Hal itu bisa ditemui di sejumlah traffic light di Soloraya. Seperti pada Minggu (6/2/2022), Espos mendapati mereka beraksi di pertigaan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Pabelan, Kartasura, Sukoharjo. Siang itu, sekitar pukul 14.00 WIB, sejumlah orang di persimpangan UMS terlihat sangat mencolok karena warna kulit mereka yang sebagian berwarna silver dan putih.

Advertisement

Baca Juga: Lagi Ngamen di 2 Perempatan Ini, 5 Badut Terjaring Satpol PP Sukoharjo

Mereka yang awalnya di tepi kios-kios langsung turun di jalan ketika lampu lalu lintas berubah warna merah. Mereka ada yang sebagian hanya diam di tepi jalan dengan menyodorkan kotak kardus. Berita selengkapnya bisa dibaca di Harian Solopos edisi Selasa (8/2/2022).

Di halaman Soloraya, Harian Solopos menyajikan headline terkait meningkatnya kemiskinan di Kota Solo.

Advertisement

Pandemi, Kemiskinan di Solo Meningkat

SOLO-Selama setahun pandemi Covid-19, Badan Pusat Statistik (BPS) Solo menyebut tingkat kemiskinan di Kota Bengawan meningkat. Begitu pula kondisi warga miskin yang terjerat kemiskinan lebih dalam.

Hal itu terungkap dalam publikasi Statistik Kesejahteraan Rakyat 2021 yang diterbitkan BPS, belum lama ini. Kepala BPS Solo, Totok Tavirijanto, mengatakan penduduk miskin Kota Solo selama pandemi terus meningkat dibanding 2019 lalu.

Jumlah penduduk miskin atau penduduk dengan rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah garis kemiskinan sebanyak 45.180 penduduk atau 8,74 sebelum pandemi 2019.

Baca Juga: Duh, Angka Kemiskinan Solo Tertinggi Kategori Kota di Jateng Versi BPS

Dalam kurun waktu dua tahun ini, jumlahnya meningkat menjadi 47.030 penduduk miskin atau 9,0390 di 2020 dan di 2021 menjadi 48.790 penduduk miskin atau 9,4 90. “Kondisi ini per Maret 2021, jadi belum sampai akhir tahun. Tapi, fakta kemiskinan itu semakin meningkat terlihat karena pandemi dimulai Maret 2020. Dibandingkan 2019, terjadi peningkatan signifikan,” kata dia ketika dihubungi Espos, Senin (7/2/2022). Berita selengkapnya bisa dibaca di Harian Solopos edisi Selasa (8/2/2022).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif