News
Minggu, 22 Februari 2015 - 11:55 WIB

SOLOPOS HARI INI : Brasil Lecehkan Indonesia hingga Ritual Buang Ayam

Redaksi Solopos.com  /  Evi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Halaman Depan Harian Umum Solopos edisi Minggu, 22 Februari 2015

Solopos hari ini memberitakan tentang pemerintah Brasil yang dianggap melecehkan Indonesia.

Solopos.com, SOLO – Hukuman mati yang dijatuhkan kepada warga asal Brasil karena kasus narkoba pada 18 Januari 2015 lalu, berdampak pada sikap Presiden Brasil Dilma Rousseff kepada Pemerintah Indonesia. Berita tersebut menjadi berita utama di Harian Umum Solopos, Minggu (22/2/2015).

Advertisement

Sikap Dilma Royseff yang menolak menerima surat-surat kepercayaan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Brasil, Toto Riyanto, dianggap sebagai suatu penghinaan untuk Pemerintah Indonesia.

Selanjutnya, Harian Umum Solopos hari ini juga mengabarkan tentang kemeriahan Solo Karnaval dan Pertunjukan Tarian Kolosal, sebagai puncak perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-270 Solo.

Masih terkait dengan kabar tentang tenggelamnya dua warga Mojosongo di Waduk Cengklik, Boyolali pada Kamis (19/2/2015) lalu. Penemuan dua jasad dalam keadaan terapung  pada Jumat (20/2/2015), diiringi dengan ritual buang ayam.

Advertisement

Berikut rangkuman berita di Harian Umum Solopos edisi Minggu, 22 Februari 2015:

DAMPAK HUKUMAN MATI: Brasil Lecehkan Indonesia

Sikap pemerintah Brasil yang menolak menerima surat-surat kepercayaan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Brasil Toto Riyanto dikecam. Sikap itu dinilai sebagai penghinaan.

Presiden Dilma Rousseff, Jumat (20/2) waktu setempat, menolak menerima surat-surat kepercayaan Duta Besar Indonesia guna menunjukkan kecamannya terhadap eksekusi seorang warga Brazil di Indonesia bulan lalu.

Advertisement

”Penting diperhatikan bahwa ada evolusi dalam situasi ini untuk mengklarifikasi hubungan Negara Indonesia dengan Brasil,” kata Rousseff saat menerima surat-surat kepercayaan para duta besar lima negara lainnya.

[Baca juga: Dubes RI Dipermalukan Brasil, Kemenlu Protes Keras]

HUT SOLO: Sadar Sejarah Lewat Tari Kolosal

Tahun ini Kota Solo genap berusia 270 tahun. Sebagai puncak peringatan hari jadi ke-270 Kota Solo, digelar Solo Karnaval dan Pertunjukan Tari Kolosal, Sabtu (21/2) malam. Simak laporan wartawan Solopos Eni Widiastuti mengenai pertunjukan spektakuler itu. Penampilan 14 penari pria yang membawa bendera menandai dimulainya pertunjukan tari kolosal bertema Adeging Kutha Sala di sepanjang Jl. Jenderal Sudirman, Solo, Sabtu malam.

Advertisement

Selanjutnya disampaikan sedikit narasi tentang Keraton Kartasura yang pada tahun 1745 sempat direbut oleh Sunan Kuning sehingga Paku Buwono II meninggalkan keraton menuju Ponorogo. Namun kemudian Paku Buwono II mendapat wangsit agar merebut kembali Keraton Kartasura. Sehingga peperangan pun tak bisa terelakan.

Hingga akhirnya Keraton Kartasura bisa direbut kembali. Karena kondisi keraton Kartasura sudah hancur, akhirnya pusat pemerintahan Keraton Kartasura dipindah ke Desa Sala.

Sejarah itu digambarkan dalam pertunjukan tarian kolosal oleh 270 penari profesional yang melambangkan hari jadi ke-270 Kota Solo. Pertunjukan itu juga didukung 560 penari dan peserta kirab lainnya. Penampilan puluhan penari cilik turut menyemarakkan pertunjukan.

[Baca juga: Nyeker, 270 Orang Berbusana Jawa Bergerak ke Jantung Kota Solo]

Advertisement

LAGA UJI COBA: Gagal Total di Away Pertama

Hasil mengecewakan diraih Persis Solo dalam uji coba tandang perdana musim ini. Tak hanya menelan kekalahan 0-3 dari PSIS Semarang di Stadion Jatidiri, Semarang, Sabtu (21/2) malam, Persis juga gagal menerapkan skema bertahan yang diproyeksikan untuk menghadapi laga tandang.

Dalam laga yang turut disaksikan ratusan suporter Pasoepati itu, ketiga gol Mahesa Jenar, julukan PSIS, dilesakkan oleh Fauzan Fajri dari titik putih di menit ke-30 dan dua lainnya melalui Indra Setiawan di menit ke-34 dan penalti pada menit ke-84.

Kekalahan ini sebenarnya tidak terlalu diratapi oleh Persis. Hanya, kekalahan ini membuktikan banyaknya evaluasi yang harus segera dilakukan oleh Persis sebelum mengarungi kompetisi Divisi Utama (DU) 2015. Salah satu evaluasi itu adalah kurang tenangnya para pemain menerapkan instruksi dari pelatih.

[Baca juga: Garuda Muda Butuh Laga Uji Coba Lagi]

TRAGEDI WADUK CENGKLIK: Buang Ayam dan Gendongan Terakhir

Advertisement

Tim SAR gabungan berhasil menemukan kedua korban tenggelam di Waduk Cengklik, yakni Muhammad Arifin, 23, dan Andri Wiranto, 25, Jumat (20/2) malam. Keduanya merupakan warga Kalicebong, Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo.

Namun ada yang menarik di tengah proses pencarian yang dilakukan tim SAR gabungan. Rupanya, keluarga korban punya cara lain agar kedua korban tenggelam di Waduk Cengklik sejak Kamis (19/2) sore, bisa segera ditemukan.

[Baca juga: Kisah Keluarga Korban Waduk Cengklik: Setelah Ritual Buang Ayam, Jasad Warga Boyolali Ditemukan]

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif