News
Rabu, 11 Agustus 2021 - 18:18 WIB

Soal Buruknya Pelaporan Kematian Akibat Covid-19, Kemenkes Salahkan Daerah

Aprianus Doni Tolok  /  Abu Nadhif  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA—Kementerian Kesehatan mencatat angka kematian akibat Covid-19 yang cenderung tinggi dalam tiga pekan terakhir.

Kematian di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur menjadi kontributor terbesar.

Advertisement

Tenaga Ahli Kemenkes Panji Fortuna Hadisoemarto menyampaikan bahwa berdasarkan analisis dari data National All Record (NAR) Kementerian Kesehatan, didapati bahwa pelaporan kasus kematian yang dilakukan daerah tidak bersifat real time dan merupakan akumulasi dari bulan-bulan sebelumnya.

Baca Juga: Di Jateng, Menkes Berbaju Hazmat Blusukan di Shelter Covid-19 

Advertisement

Baca Juga: Di Jateng, Menkes Berbaju Hazmat Blusukan di Shelter Covid-19 

“Kota Bekasi, contohnya, laporan kemarin [10/8/2021] dari 397 angka kematian yang dilaporkan, 94 persen di antaranya bukan merupakan angka kematian pada hari tersebut, melainkan rapelan angka kematian dari bulan Juli sebanyak 57 persen dan bulan Juni dan sebelumnya sebanyak 37 persen. Lalu 6 persen sisanya merupakan rekapitulasi kematian di pekan pertama bulan Agustus,” kata Panji dalam keterangan resmi, Rabu (11/8/2021).

Menurutnya, hal yang sama juga terjadi dalam data kasus kematian nasional pada hari yang sama yaitu dari 2.048 kematian yang dilaporkan, sebagian besar di antaranya merupakan kasus pada pekan sebelumnya.

Advertisement

“Contoh lain adalah Kalimantan Tengah di mana 61 persen dari 70 angka kematian yang dilaporkan kemarin adalah kasus aktif yang sudah lebih dari 21 hari namun baru diperbaharui statusnya,” kata Panji.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Widyawati menambahkan keterlambatan dalam pembaruan pelaporan dari daerah akibat keterbatasan tenaga kesehatan dalam melakukan input data akibat tingginya kasus di daerah mereka pada beberapa yang pekan lalu.

Walhasil, petugas di daerah belum sempat memasukkan atau memperbarui data ke sistem NAR Kemenkes.

Advertisement

Dua Pekan

“Lonjakan-lonjakan anomali angka kematian seperti ini akan tetap kita lihat setidaknya selama dua pekan ke depan ,” kata Widyawati.

Panji juga menuturkan bahwa lebih dari 50.000 kasus aktif yang ada saat ini adalah kasus yang sudah lebih dari 21 hari tercatat namun belum dilakukan pembaruannya.

Dengan demikian, dalam beberapa hari ke depan akan terjadi lonjakan kasus meninggal dan kesembuhan yang bersifat anomali dalam pelaporan perkembangan kasus Covid-19.

Advertisement

“Tapi ini justru akan menjadikan pelaporan kita lebih akurat lagi,” ujarnya.

Baca Juga: Kasus Corona Jateng Dilaporkan Tertinggi Se-Indonesia, Ini Bantahan Gubernur Ganjar 

Adapun, langkah pemerintah mengeluarkan data kematian dari indikator penilaian penanganan Covid-19 menuai kritik dari sejumlah pihak.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan berdasarkan evaluasi PPKM masa sebelumnya, pemerintah memutuskan untuk mengeluarkan indikator kematian dari penilaian.

“Karena kami temukan adanya input data yang merupakan akumulasi angka kematian selama beberapa pekan ke belakang sehingga menimbulkan distorsi dalam penilaian,” ujarnya.

Sebagai solusi, sambung Luhut, pemerintah tengah bekerja keras untuk melakukan harmonisasi data dan perbaikan Sistem Informasi Pelacakan atau Silacak.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif