News
Rabu, 12 Desember 2012 - 16:00 WIB

SNMPTN 2013 Rawan Mark Up Nilai

Redaksi Solopos.com  /  Miftahul Ulum  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi SNMPTN. (JIBI/Harian Jogja/Gigih M Hanafi)

Ilustrasi SNMPTN. (JIBI/Harian Jogja/Gigih M Hanafi)

SOLO–Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2013 dinilai rawan pengelembungan nilai di tingkat sekolah.

Advertisement

Kepala SMA Muhammadiyah 2 Solo, Sri Darwati, menjelaskan  penerimaan calon mahasiswa hanya dilihat dari nilai rapor dan hasil ujian nasional (UN) sehingga rawan manipulasi nilai di tingkat sekolah. “Kalau Solo saya rasa tidak masalah, karena beberapa tahun terakhir, pelaksanaan dan hasil UN-nya dinilai bersih. Tapi bagaimana dengan daerah lain?” jelasnya, Rabu (12/12/2012).

Darwati mencontohkan jika daerah lain melakukan kecurangan sehingga nilai ujian siswa menjadi tinggi maka siswa-siswa yang mengerjakan ujian dengan jujur tetapi memiliki nilai rendah akan dirugikan.

Meski demikian, Darwati menilai  jalur undangan memberi siswa kesempatan lebih besar untuk ikut SNMPTN. Terlebih jumlah peserta dari masing-masing sekolah besar dan tidak dikenakan biaya. Selain itu siswa juga tidak perlu mengikuti tes ulang yang dapat membebani mereka. “Sebaiknya penyelenggara SNMPTN harus bisa mencermati segala kemungkinan kecurangan saat menyeleksi siswa melalui nilai rapor dan UN,” jelasnya.

Advertisement

Kepala SMA Negeri 7 Solo, Sukarjo, mengaku khawatir potensi penggelembungan nilai di tingkat sekolah. “Kemungkinan-kemungkinan itu pasti ada, tetapi sekolah juga harus punya strategi untuk menanggulangi hal semacam itu [kecurangan],” jelasnya, Rabu.

Salah satu siswa MAN 2 Solo, Faisya Rnadicarel, menilai seleksi jalur undangan akan mematikan kesempatan siswa yang memiliki nilai ujian rendah. “Saya rasa akan tidak fair jika seleksi hanya melalui undangan, meskipun masih ada jalur lain selain SNMPTN,” tegasnya, Rabu.

Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS), Ravik Karsidi, menjelaskan kasus manipulasi nilai itu sudah dipikirkan panitia SNMPTN. “Bobot nilai siswa di satu sekolah dan sekolah lainnya bisa berbeda, pertimbangannya bisa melalui akreditasi sekolah,” jelasnya soal antisipasi kecurangan nilai yang dilakukan sekolah maupun siswa.

Advertisement

Meski demikian, Ravik juga tidak menutup kemungkinan jika tahun pertama pelaksanaan SNMPTN tanpa ujian tulis itu rawan manipulasi. Meski demikian, tahun-tahun berikutnya panitia menjamin tingkat kecurangan akan minim karena data siswa harus masuk Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) sejak semester pertama.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif