News
Jumat, 2 September 2016 - 17:00 WIB

SIDANG KOPI BERSIANIDA : Saat Kecemasan Pengacara Jessica Terbaca Ahli

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ahli Kriminologi Ronny Rasman Nitibaskara (kanan) dan Ahli Psikologi Sarlito Wirawan Sarwono (kedua kanan) menjadi saksi ahli dalam sidang lanjutan kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jakarta, Kamis (1/9/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Widodo S. Jusuf)

Sidang kopi bersianida kemarin meninggalkan drama, termasuk sentilan ahli yang membaca kecemasan pengacara Jessica.

Solopos.com, JAKARTA — Drama kembali muncul dalam lanjutan sidang kopi bersianida di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Kamis (1/9/2016) lalu. Perdebatan sengit antara kuasa hukum Jessica Kumala Wongso, Otto Hasibuan, dengan kriminolog Prof Dr Tb Ronny Rahman Nitibaskara tak hanya menyangkut Jessica, tapi juga kepribadian sang pengacara.

Advertisement

Hal itu bermula saat Otto mulai memberikan pertanyaan terhadap Ronny terkait kecemasan yang dianalisis dari gesture Jessica di rekaman CCTV Olivier Cafe. “Tolong saya diberi tahu berbagai macam bentuk kecemasan,” kata Otto dalam sidang yang ditayangkan live oleh TV One, Kompas TV, dan Inews itu.

Tampaknya, Ronny sudah memahami arah pertanyaan Otto. Bukan langsung menjawab pertanyaan itu, dia justru menyentil karakter pengacara kondang itu. “Maaf, Pak Otto. Di TV, selama ini bapak luar biasa, saya tidak enak baca [karakter Anda]. Bagus-bagus semua lah. Tapi saya lihat Bapak cemas saat berdebat dengan ahli lain, saya bisa baca sekarang,” kata Ronny.

Advertisement

Tampaknya, Ronny sudah memahami arah pertanyaan Otto. Bukan langsung menjawab pertanyaan itu, dia justru menyentil karakter pengacara kondang itu. “Maaf, Pak Otto. Di TV, selama ini bapak luar biasa, saya tidak enak baca [karakter Anda]. Bagus-bagus semua lah. Tapi saya lihat Bapak cemas saat berdebat dengan ahli lain, saya bisa baca sekarang,” kata Ronny.

Ruang sidang pun sedikit riuh karena pernyataan itu. Otto segera kembali ke pertanyaan awalnya dan menyebut Ronny sedang bertahan. “Tolong kasih tahu, tunjukkan ciri kecemasan, jangan defense, saya mau belajar sama Bapak,” katanya.

Ronny pun berbicara tentang contoh kecemasan, misalnya dirinya sendiri yang cemas saat anaknya belum pulang hingga larut malam. Otto mengejar dengan mempertanyakan tanda-tanda kecemasan itu. Lagi-lagi Ronny memberikan sentilan.

Advertisement

“Lalu, apakah bibir tertutup pasti cemas?” cecar Otto. “Dengan situasi apa dulu, kalau Bapak menonton acara [akademi] chef masak Australia. Finalis di depan [juri], semua tidak ada yang terbuka [bibirnya] karena penuh harapan,” jawab Ronny.

Ronny menceritakan pengalaman anaknya yang mengikuti pemilihan Nona Betawi di Australia. Saat itu, semua peserta selalu tersenyum karena memang dituntut demikian. “Apa yang terjadi? Ini namanya minded smile, senyum campuran, enggak ada yang asli. Setelah terpilih, anak saya senyum betulan, yang lain senyum juga, tapi ketus.”

Pertanyaan kembali ke gesture Jessica yang tertangkap kamera CCTV, salah satunya memegang alis dua kali saat menunggu Wayan Mirna Salihin. Otto bertanya apakah menungu itu pertanda cemas. “Iya, tapi menunggu apa dulu?” Ronny bertanya balik.

Advertisement

“Saat menunggu Mirna itu, apa itu cemas?” kata Otto. “Iya. Cemas,” jawab Ronny. “Tapi cemas belum tentu merencanakan sesuatu kan?” kejar Otto.

“Dalam teori, apa ada tanda-tanda cemas? Berapa tandanya? Mungkin 20-30?” tanya Otto lagi.
“Tidak sampai 20, paling cuma 8,” jawab Ronny. “Bapak tunjukkan cemas juga, saya juga bisa cemas.”
“Berarti semua orang bisa cemas, tapi belum tentu kejahatan kan?” lanjut Otto. “Persis,” jawab Ronny.

Perdebatan berlanjut soal kesimpulan Ronny yang menyebut ada perbedaan antara pelukan Hanie-Jessica dengan Mirna-Jessica. Jarak antara tubuh Jessica dan Mirna itu ditafsirkan Ronny sebagai penolakan, yaitu Mirna tidak suka Jessica. Namun, Otto membantahnya dengan menyebut Mirna dan Hanie sama-sama excited saat bertemu Jessica.

Advertisement

“Dalam buku, ada contoh para politikus basa basi aja, peluk-peluk tuh. Di Indonesia, tepuk-tepuk itu biasa, tapi jangan lama-lama,” kata Ronny.

“Tapi keterangan Resmiati [resepsionis Olivier Cafe], Mirna itu excited, ini di BAP lho. Pasti sama dong [Hanie dan Mirna sama-sama senangnya], gembira hatinya, kok fakta ini tidak sama?” bantah Otto.

Ronny pun kembali menjelaskan perbedaan antara pelukan Hanie dan Mirna ke Jessica. “Apa alat ukur Anda?” tanya Otto. Ronny mengatakan memakai psiognomi modern dan psikiatri.

“Sekarang tunjukkan gesture mana yang menunjukkan Jessica itu pendendam,” sergah Otto.

“Dulunya mereka teman baik. Gambaran gesture itu menunjukkan rencana yang terus, tapi itu dilaksanakan semua, terlepas dari ada sianida atau tidak, ada yang harus dilaksanakan. Dan rencananya itu jalan terus,” jelas Ronny.

“Itu bukan gesture, kalau sampai detik akhir tidak terjadi, apa itu bisa disimpulkan pendendam?” sanggah Otto lagi.

“Ada banyak hal yang tidak ditangkap Pak Otto. Cukup dengan melihat psiognomi, bisa dilihat ini orang tipe pendendam. Perkara kejadiannya terjadi, dan terbuktilah pendendamnya,” lanjut Ronny.

Otto belum puas. Ditanyakanlah apa ciri pendendam. “Dendam ini bisa dilihat dari psiognomi. Ada bakat pendendam, tergantung triggering factornya, kalau enggak ada ya enggak ada kejadiannya,” jawab Ronny.

Tapi Otto justru menuding landasan penilaian gesture ala Ronny ini mirip dengan peramal. “Apa bedanya dengan peramal? Ini mirip dengan fortune teller. Kalau Anda bisa langsung menyimpulkan itu dari hidung, alis, ya buat apa ada sidang?” katanya.

“Psiognomi tidak ada hubungannay dengan fortune teller, kl psiognmoi ini teknik penyidikan kejahatan untuk peradilan. Saya pernah meneliti lama,” kata Ronny.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif