News
Selasa, 24 Maret 2020 - 07:30 WIB

Setelah Sembuh, Mungkinkah Pasien Virus Corona Terinfeksi Kembali?

Newswire  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu ruang di RSPI Sulianti Saroso Jakarta (Antara).

Solopos.com, JAKARTA — Infeksi ganda atau berulang Covid-19 kini menjadi pertanyaan besar, benarkah pasien yang sembuh dari virus corona bisa terinfeksi kembali?

Kekhawatiran tentang infeksi ganda ini muncul setelah pemerintah Jepang membuat pernyataan tentang seorang wanita berusia 40-an tahun yang dinyatakan telah sembuh dari virus Corona pada tanggal 1 Februari. Namun wanita itu kembali ke rumah sakit dengan hasil positif untuk kali kedua pada 26 Februari.

Advertisement

Hal itu memunculkan spekulasi. Apakah dia benar-benar terinfeksi ulang dengan virus Corona, tidak pernah sepenuhnya pulih di tempat pertama. atau apakah salah satu tesnya gagal.

Apakah ini artinya, seseorang belum tentu kebal dari virus corona setelah terinfeksi sekali? Atau ini hanya kesalahan hasil tes? Atau justru orang tersebut memang memiliki sistem imun yang lemah?

Advertisement

Apakah ini artinya, seseorang belum tentu kebal dari virus corona setelah terinfeksi sekali? Atau ini hanya kesalahan hasil tes? Atau justru orang tersebut memang memiliki sistem imun yang lemah?

Lalu hal yang sama terjadi kembali. Kali ini seorang pria berusia 70-an. Pertama kali terinfeksi pada 14 Februari di atas kapal Diamond Princess dan dirawat di salah satu fasilitas kesehatan di Tokyo, Jepang, hingga hasilnya negatif. Lalu, pada 2 Maret, ia sembuh dan pulang ke rumahnya dengan kendaraan umum. Sayangnya, pria tersebut merasa demam dan dirawat di rumah sakit sejak 13 Maret, lalu sehari setelahnya dia dinyatakan positif Covid-19 lagi.

Selain itu, artikel Caixin, Beijing, media umum China pada tanggal 14 Februari menyatakan cerita serupa. “14 persen pasien yang sembuh dari Covid-19 di Guangdong dinyatakan positif lagi,” bunyi laporan Forbes.

Advertisement

Pertama, para peneliti perlu memastikan hasil tes sudah akurat. Karena tidak ada tes yang sempurna. Bahkan jika pelaksanaan tes sudah sesuai, Anda bisa mendapat hasil positif bahkan jika sebenarnya Anda tidak terinfeksi. Begitupun sebaliknya, meskipun hasil Anda negatif, belum tentu Anda tidak membawa virus tersebut. Maka dari itu dokter perlu melakukan pemeriksaan berkali-kali untuk memastikan hasil tes.

Kedua, dokter dan para peneliti perlu melakukan pemeriksaan dobel atau tripel kepada pasien-pasien ini. Apakah bener-benar kembali terinfeksi atau memang virusnya memang masih ada dan hasil tes negatif hanya kesalahan? Hasil negatif bisa saja virus tersebut dalam masa tidak aktif dan bisa kembali aktif seperti jeda iklan dari sinetron.

Ketiga, imunitas yang terbentuk setelah mengenal virus tidak hanya tergantung virusnya, tapi juga tergantung respons sistem imun Anda. Saat sistem imun melihat virus baru menyerang, ia akan mudah dikalahkan oleh virus ini karena tubuh tidak siap melawan benda asing ini.

Advertisement

Terlatih

Namun, setelah sistem imun berhadapan dengan virus (baik dari vaksin ataupun tertular orang lain), ia akan terlatih. Dan jika cukup kuat, sistem imun pasien yang sembuh mungkin siap melawan saat virus kembali menyerang. Ini menjelaskan bahwa pasien corona yang terinfeksi kembali apakah karena memiliki sistem imun yang lemah?

Maka dari itu, setiap orang memiliki tingkat respons imun yang berbeda-beda. Hal inilah yang menentukan seberapa baik sistem imun mengenal benda asing seperti SARS-CoV-2 atau yang lebih kita kenal dengan virus corona (COVID-19).

Selain itu, sistem imun Anda harus mengingat virusnya. Karena sewaktu-waktu imun Anda menurun, virus bisa menyerang kembali. Maka selain kemungkinkan pasien virus corona yang sembuh terinfeksi kembali, muncul pertanyaan lainnya. Seberapa lama sistem imun ini bertahan mengingat penyebaran virus ini begitu cepat?

Advertisement

Sistem Imun

Pandemi COVID-19 menyebar dengan sangat cepat namun masih belum cukup studi yang menjelaskan reaksi sistem imun terhadap virus ini. Sehingga kita masih berpatokan dari studi virus corona lain yang masih satu keluarga, yaitu SARS yang paling mirip namun lebih mematikan.

Dalam studi yang ditampilkan di Emerging Infectious Diseases tahun 2007, Antibodi severe acute respiratory syndrome (SARS) menetap di tubuh selama 2 tahun, dan pada tahun ketiga antibodi mulai menurun. Karena itu, SARS bisa kembali menyerang orang tersebut setelah tiga tahun.

Perlu diingat juga, tingkat antibodi tidak selalu berhubungan dengan imunitas. Beberapa orang mungkin memiliki imunitas terhadap suatu virus tanpa memiliki antibodi, dan beberapa orang sangat rentan terhadap infeksi meskipun memiliki antibodi.

Artinya, belum ada jawaban pasti apakah seorang pasien yang sembuh dari virus corona bisa terinfeksi kembali. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah seseorang memiliki imunitas setelah sekali terinfeksi dan diuji coba menginfeksi orang tersebut dengan virus lagi untuk melihat apa yang akan terjadi. Namun cara ini sangat mengerikan.

Karena itu, jika Anda terkena virus dan sembuh, jangan melihatnya sebagai kebebasan untuk mulai memeluk, mengupil, dan menjilat tangan setelah memegang kenop pintu. Terus lakukan hal yang dianjurkan seperti beri jarak antar orang ke orang, sering mencuci tangan dan menyeluruh, tidak menyentuh wajah, dan rutin mendisinfeksi permukaan, benda, dan patung BTS yang Anda miliki di ruang tamu. Hanya karena Anda selamat dari infeksi pertama, bukan berarti Anda tidak bisa terinfeksi lagi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif