News
Senin, 7 September 2020 - 07:20 WIB

Setel Musik Terlalu Keras, Sopir Bajaj Tewas Ditusuk

Newswire  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi jenazah. (Antara)

Solopos.com, JAKARTA -- Seorang sopir bajaj khas Mesir tewas ditikam orang lantaran dinilai menyetel musik terlalu kencang. Bukan hanya itu, musik yang disetel sopir bajaj ini juga dianggap tabu.

Jago Bela Diri hingga Main Burung, Ini 5 Fakta Unik Nunggal Si Preman Solo Pimpinan Gondhez’s

Advertisement

Dilansir Gulf News, Minggu (6/9/2020), pria tersebut meradang saat mengetahui sopir bajaj memutar lagu yang menurutnya terlalu keras di depan rumahnya. Terlebih, lagu yang diputar bergenre Mahgranat, yang dinilai tak sesuai dengan budaya Mesir.

Musik Mahgranat, dikenal memiliki lirik yang mengangkat tema seperti politik, seks, dan kehidupan sehari-hari para pemuda di daerah kumuh Kairo.

Advertisement

Musik Mahgranat, dikenal memiliki lirik yang mengangkat tema seperti politik, seks, dan kehidupan sehari-hari para pemuda di daerah kumuh Kairo.

Direktur Keamanan Qalyubia, Fakhr El Din Al Arabi, mengatakan sang sopir, 19, diduga menolak untuk menuruti permintaan qari Al-Qur'an, 27, untuk menurunkan volume suara musik.

Gas Lur! Gorengan Unik Bu Reni Solo, Pedesnya Sambal Bawang Bikin Nagih

Advertisement

Jaksa penuntut umum memerintahkan agar qari muda tersebut ditahan, sembari menunggu penyelidikan dan persidangan lebih lanjut.

Mahgranat termasuk musik aliran luar arus utama di Mesir, di mana musik khas Mesir, shaabi, digabungkan genre elektronik dengan sentuan reggae hingga rap.

Anti-Mainstream! Ini Alasan Cabup Klaten ABY Lari di Siang Bolong Sebelum Daftar Pilkada ke KPU

Advertisement

Musik yang diketahui berasal dari daerah kumuh Kairo sekitar 2006 ini belakangan dilarang di Mesir karena dinilai tak sesuai dengan budaya negara.

Kepala Sindikat Musisi Mesir, Hany Shaker, mengatakan lagu-lagu mahgranat lebih bahaya dari narkoba, menyebutnya tidak seusai untuk Mesir dan sejarah artistiknya.

"[Lagu mahgranat] adalah bencana besar yang tidak sesuai dengan Mesir dan seninya atau era indah di bawah Presiden Abdel Fattah Al Sisi," ujar Shaker.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif