News
Kamis, 8 September 2011 - 17:30 WIB

Semen masih langka, pengembang setop bangun rumah

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - SEMEN LANGKA -- Sejumlah pengembang terpaksa menghentikan proyek pembangunan mereka lantaran kelangkaan semen di pasaran. (JIBI/SOLOPOS/dok)

Solo (Solopos.com) – Sejumlah pengembang di kawasan Soloraya terpaksa menghentikan sementara pembangunan perumahan lantaran langkanya semen. Jika hingga dua pekan ke depan pasokan semen belum juga pulih, pengembang dipastikan merugi karena tidak dapat memenuhi kontrak waktu dengan pihak penyedia dana kredit perumahan rakyat (KPR).

SEMEN LANGKA -- Sejumlah pengembang terpaksa menghentikan proyek pembangunan mereka lantaran kelangkaan semen di pasaran. (JIBI/SOLOPOS/dok)

Advertisement
Ketua Real Estate Indonesia (REI) Solo, Yulianto, menyatakan setidaknya ada empat pengembang yang mengaku terpaksa menghentikan pekerjaan gara-gara semen menghilang di pasaran. Yulianto sendiri berusaha mencari semen dengan menyebar lima orang untuk membeli semen secara ecer di toko-toko bangunan demi merampungkan pembangunan perumahaan sesuai tenggat waktu. “Sudah ada teman, empat orang, mengatakan mandek. Kalau saya, ada yang saya minta muter ke toko-toko, beli eceran 10 sak, 20 sak, lumayan untuk sedikit membantu melanjutkan pekerjaan,” tegas dia, saat dijumpai wartawan, di Solo, Kamis (8/9/2011).

Walaupun mendapat semen, Yulianto mengaku jumlah yang dia dapatkan dengan menyebar lima orang pegawai tersebut tidak memenuhi kebutuhan. Dalam sehari, dia mengaku membutuhkan minimal 50 sak semen untuk menuntaskan pembangunan perumahan tepat waktu. Yulianto khawatir proyek perumahan selesai melebihi kontrak waktu dengan KPR. Jika demikian, dia memastikan pengembang akan merugi. “Rugi secara margin dan kepercayaan dari KPR. Padahal modal utama pengembang adalah kepercayaan.”

Selain langka di pasaran, dia melanjutkan, semen yang ada juga dijual dengan harga tinggi. Yulianto sendiri mengaku sempat mencoba mendatangi gudang penjualan salah satu merek semen di Nusukan. Namun, meski telah menunggu hingga tengah malam, semen yang dibutuhkan belum juga di tangan. Di pasaran, lanjutnya, harga semen kini dibanderol Rp 51.000/sak, meningkat Rp 8.000/sak dibandingkan harga sebelum kelangkaan terjadi.

Advertisement

Lebih jauh, Yulinato tak berani berspekulasi kapan persoalan ini kelar, mengingat kejadian ini baru kali pertama terjadi. Kendati demikian, dia meyakini jika kelangkaan terus terjadi sampai melebihi dua pekan, pemerintah pasti akan bergerak. Pasalnya, masalah pembangunan perumahan atau konstruksi sangat berkaitan dengan jaminan penghasilan bagi para kuli bangunan harian yang menggantungkan hidupnya pada pekerjaan tersebut.

Di sisi lain, saat dikonfirmasi, Corporate Communication Holcim Indonesia, Deni Nuryandain, mengakui pasokan semen minim. Hal itu, kata dia, disebabkan permintaan pasar sangat besar sementara produksi sudah optimal. “Permintaan besar, tapi produksi kami terbatas. Kapasitas maksimal kami hanya 8,3 juta ton/tahun. Kami belum bisa tambah produksi,” papar dia.

Soal tingginya permintaan, Deni melihat hal itu berkaitan dengan banyaknya proyek pembangunan konstruksi di Tanah Air, khususnya di Pulau Jawa. Proyek-proyek itu menyedot produksi semen sangat tinggi, sehingga semen yang terdistribusi ke pasaran relatif berkurang. Solo sendiri, sambung Deni, merupakan kawasan yang kebutuhan semennya tinggi. Kebutuhan semen Solo, bahkan tercatat melebihi Semarang.

Advertisement

Lebih lanjut, dia berharap persoalan semen langka ini segera teratasi seiring berjalanya produksi secara maksimal. Pihaknya juga sengaja menyetop ekspor semen demi memenuhi kebutuhan pasar domestik. “Musim kering ini membuat banyak pihak ramai-ramai membangun, akhirnya kebutuhan semen menjadi sangat tinggi. Tapi kami harap kondisi segera pulih karena kita suplai maksimal.”

tsa

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif