News
Kamis, 21 Januari 2016 - 16:00 WIB

SELEKSI CAPIM KY : Fit and Proper Test, Komisioner KY Ini Dinilai Tak Layak

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Jaja Ahmad Jayus (Istimewa/www.komisiyudisial.go.id)

Seleksi capim KY di Komisi III DPR menghadirkan Jaja Ahmad Jayus yang sudah menjadi komisioner KY selama satu periode.

Solopos.com, JAKARTA — Salah satu calon pimpinan Komisi Yudisial (KY), Jaja Ahmad Jayus, dicecar berbagai pertanyaan saat uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) dalam Komisi III DPR. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dilontarkan oleh beberapa anggota Komisi III, yaitu Erma Suryani Ranik dari Fraksi Demokrat dan Akbar Faisal dari Fraksi Nasdem.

Advertisement

Bahkan, Akbar Faisal menyebut Jaja tak layak untuk mengikuti fit and proper test lantaran kinerja Jaja tak terlihat saat di periode sebelumnya. Begitu juga Erma yang melihat Jaja jarang terlihat berbicara di hadapan publik terkait peran pengawasan hakim.

Saat dicecar berbagai pertanyaan itu, Jaja pun menjawab. “Semua lembaga termasuk KY belum memaksimalkan outcome. Saya lebih utamakan pencapaian outcome dari pada riak-riak yang tak bisa berujung,” ujar Jaja di ruang Komisi III, Kompleks Parlemen Senayan, pada Kamis (21/1/2016).

Dia menegaskan dirinya termasuk orang dengan tipe sedikit bicara namun banyak bekerja. Jaja juga mengatakan konsep tersebut dijalaninya saat menjadi komisioner KY. Calon Pimpinan KY itu pun menambahkan sering menerima wartawan untuk diwawancara terkait masalah persoalan etika hakim.

Advertisement

“Saya sering menerima wartawan di ruangan saya. Secara prinsip, saya lebih utamakan outcome daripada bicara. Banyak bekerja,” tutur Jaja.

Selama menjadi komisioner KY, dia mengupayakan peran lembaga pengawas etika hakim itu berjalan maksimal sesuai fungsinya. Tak lupa, ada harapan agar KY menjadi lembaga yang seimbang dalam menjalankan fungsi pelaksanaan dan pengawasan.

“Sebagai lembaga mandiri penuh yang diberi 2 fungsi sebagai pelaksana dan pengawasan. Karena keduanya diibaratkan dua sisi mata uang,” sebut Jaja.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif