News
Kamis, 10 September 2015 - 20:30 WIB

SEKOLAH RUSAK : Tak Punya Ruang Kelas, Siswa SD di Karangtengah Wonogiri Terpaksa Lesehan

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Siswa Kelas I SDN 4 Karangtengah, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Wonogiri, duduk lesehan mengikuti kegiatan belajar mengajar di perpustakaan karena tak ada ruang kelas. (Istimewa)

Sekolah rusak masih banyak dijumpai. Di Karangtengah, Wonogiri, siswa SD bahkan tak punya ruang kelas.

Solopos.com, WONOGIRI — Para siswa sekolah dasar (SD) kelas I SDN 4 Karangtengah, Kecamatan Karangtengah, Wonogiri, terpaksa lesehan mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM). Mereka duduk di atas tikar di ruang perpustakaan sekolah karena ruang kelas di SD itu sudah tidak ada lagi.

Advertisement

Diduga, ruang kelas sekolah tergeser menjadi ruang bagi guru-guru mereka. Informasi yang dihimpun Solopos.com, Kamis (10/9/2015), dua tahun lalu ruang guru di SD tersebut menempati rumah dinas penjaga sekolah.

Namun karena usia, kondisi atap dan bangunan rumah dinas mulai usang dan rapuh. Akibatnya, rumah dinas yang semula digunakan sebagai ruang guru dipindahkan mulai tahun ini ke salah satu ruang kelas.

Advertisement

Namun karena usia, kondisi atap dan bangunan rumah dinas mulai usang dan rapuh. Akibatnya, rumah dinas yang semula digunakan sebagai ruang guru dipindahkan mulai tahun ini ke salah satu ruang kelas.

Lesehan siswa itu diketahui oleh anggota DPRD Wonogiri, Susanto, yang sedang dalam masa reses. Anggota Fraksi Partai Demokrat (FPD) DPRD Wonogiri itu berharap Dinas Pendidikan (Disdik) Wonogiri membangun ruang kelas baru agar anak didik tak lagi lesehan. Dia mengaku prihatin melihat kondisi di SDN 4 Karangtengah. “Di era sekarang kok masih muncul pembelajaran dengan sistem lesehan, sungguh sangat memprihatinkan,” ujar Susanto.

Menurutnya, selain kurangnya meja dan kursi, masih banyak SD di Wonogiri yang kekurangan ruang kelas. “Salah satu penyebab kekurangan ruang kelas karena terjadi alih fungsi dari ruang kelas menjadi ruang guru. Idealnya setiap sekolah ada ruang guru, ruang kelas, aula, ruang perpustakaan maupun ruang kepala sekolah serta ruang tata usaha. Tetapi, riil di lapangan setiap SD belum memiliki ruang-ruang tersebut. Terkadang ruang kepala sekolah hanya disekat dengan almari dengan ruang guru.”

Advertisement

Temuan itu diangkat dalam sidang paripurna DPRD Wonogiri. Ketua FPD DPRD Wonogiri, Tinggeng, menilai kekurangan fasilitas sarana prasarana (sapras) SD di daerah pinggiran masih banyak. Menurutnya, untuk memenuhi kebutuhan kegiatan belajar mengajar, sekolah melakukan sistem bergiliran agar ruangan bisa digunakan bergantian.

“Seperti murid di SDN 4 Karangtengah di Dusun Wonoleren, Karangtengah, ternyata proses belajarnya lesehan. Mohon Disdik segera mendata sarpras yang kurang untuk diusulkan,” ujarnya.

Terpisah, Kabid TK/SD Disdik Wonogiri, Suwanto, menyatakan, pihaknya tidak lengah. “Disdik telah mengusulkan RKB SDN 4 Karangtengah itu ke Kemendikbud Jakarta senilai Rp115 juta. Permasalahan di SDN 4 Karangtengah segera diselesaikan, tetapi butuh waktu.”

Advertisement

Diakuinya, siswa di SD tersebut melaksanakan KBM di ruang perpustakaan. Menurutnya, ruang perpustakaan tidak dilengkapi dengan meja dan kursi, tetapi dengan karpet dan meja pendek. “Siswa dibiasakan duduk lesehan di karpet saat berada di ruang perpustakaan,” jelasnya.

Imam menambahkan, tahun ini Pemkab Wonogiri mengusulkan pembangunan ruang kelas baru (RKB) sebanyak 20 unit senilai Rp2,3 miliar dan rehab ruang kelas sebanyak 200 unit di 46 SD senilai Rp12 M.

Pada 2016, Disdik Wonogiri juga telah mengajukan proposal dana alokasi khusus (DAK) untuk rehab ruang kelas sebanyak 260 unit senilai Rp17,16 M dan 10 unit RKB senilai Rp1,32 miliar. “Data disdik hingga 2015 masih terdapat 460 ruang kelas SD rusak. Perbaikan kerusakan dilakukan secara bertahap.”

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif