News
Minggu, 20 November 2022 - 09:12 WIB

Sejarah Berdirinya Muhammadiyah, Pelopor Pendidikan Islam Modern di Indonesia

Aghniya Fitrisna Damartiasari  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan. (wikipedia.org)

Solopos.com, SOLO – Secara berurutan, Solo kembali menjadi tuan rumah perhelatan akbar pada November ini. Seusai rangkaian Haul Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsy hingga peresmian Masjid Raya Sheikh Zayed oleh Presiden Uni Emirat Arab, kali ini sekitar 3 juta orang berkumpul dalam kegiatan Muktamar ke-48 Muhammadiyah yang diselenggarakan selama 3 hari, Jumat-Minggu (18-20/11/2022).

Muhammadiyah merupakan sebuah gerakan Islam modern terbesar di Indonesia. Bahkan, Muhammadiyah telah berdiri jauh sebelum tercapainya kemerdekaan Indonesia yakni pada 18 November 1912.

Advertisement

Melansir dari laman muhammadiyah.or.id, Jumat (18/11/2022), Muhammadiyah didirikan oleh seorang kyai asal Yogyakarta, Muhammad Darwis atau yang lebih dikenal sebagai Kyai Haji Ahmad Dahlan (Kyai Dahlan).

Kyai Dahlan diketahui merupakan keturunan ke-12 salah satu Wali Songo yang terkenal dengan penyebaran agama islamnya di Jawa, Maulana Malik Ibrahim.

Seusai melaksanakan ibadah haji pada 1903, Kyai Dahlan memiliki gagasan tentang pembaharuan di Tanah Air. Kyai Dahlan telah melaksanakan ibadah haji saat usianya masih 15 tahun kala itu.

Advertisement

Baca Juga: 7 Nama Formatur Terpilih PP Aisyiyah Ditetapan, Ini Daftarnya

Dirinya bahkan sempat tinggal di Mekkah selama 5 tahun untuk belajar. Gagasan pembaharuan yang dicetuskan oleh Kyai Dahlan muncul usai dirinya berguru dengan ulama-ulama asal Indonesia yang menetap di Mekkah yakni Syeikh Ahmad Khatib, Kyai Nawawi, Kyai Mas Abdullah, serta Kyai Faikh.

Tak hanya berguru pada ulama, Kyai Dahlan juga banyak menyerap ilmu dengan membaca pemikiran cendikiawan muslim seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, juga Rasyid Ridha.

Bekal ilmu yang dibawa kembali oleh Kyai Dahlan tersebut kemudian didiskusikan olehnya bersama dengan Boedi Oetomo dan kawan-kawannya yakni Budihardjo dan Sosrosugondo.

Advertisement

Ide agar Kyai Dahlan berbincang dengan para tokoh tersebut merupakan saran dari siswanya di Kweekscholl, sekolah yang menjadi tempat Kyai Dahlan mengajar agama.

Baca Juga: Haedar Nashir Raih Suara Terbanyak, Inilah 13 Nama Anggota PP Muhammadiyah

Ia juga menyarankan Kyai Dahlan agar aktivitas pendidikan yang dilakukan oleh Kyai Dahlan dapat dikelola oleh sebuah organisasi agar manfaatnya dapat dibawa dalam waktu yang lama, bahkan jika suatu hari nanti Kyai Dahlan meninggal dunia.

Menurut ahli sejarah Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Adaby Darban, nama Muhammadiyah diusulkan oleh sahabat Kyai Dahlan yang merupakan seorang Ketib Anom Keraton Yogyakarta, Muhammad Sangidu.

Advertisement

Diceritakan bahwa Kyai Dahlan sampai melakukan Salat Istikharah untuk memutuskan penggunaan nama tersebut.

Penggunaan nama Muhammadiyah yang secara bahasa diartikan sebagai pengikut Nabi Muhammad. Nama Muhammadiyah dipilih karena berhubungan dengan jejak perjuangan serta ajaran Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga: Hadir ke Muktamar Muhammadiyah di Solo, Ridwan Kamil Disambut Meriah

Seorang tokoh Muhammadiyah, Djarnawi Hadikusuma menyampaikan bahwa konsep nama Muhammadiyah bermaksud menerangkan bahwa pengikut organisasi tersebut merupakan umat Nabi Muhammad SAW yang beragama Islam.

Advertisement

Pada 1911 Sekolah Muhammadiyah didirikan untuk kali pertama di Kampung Kauman Yogyakarta oleh Kyai Dahlan di gedung milik ayahnya. Dengan peralatan seadanya, Kyai Dahlan menyampaikan ajaran islam dengan cara yang lebih modern.

Bukan tanpa maksud, melansir dari kemdikbud.go.id, upaya yang dilakukan oleh Kyai Dahlan diharapkan mampu memurnikan kembali ajaran agama Islam kembali lurus sejalan dengan Al-Qur’an dan Hadist.

Karena selama ini kegiatan belajar agama islam yang dianut oleh pribumi masih sangat konservatif. Selain itu, terdapat keresahan karena pada masa kependudukan Belanda, agama Islam dianggap sebagai simbol keterbelakangan.

Hingga akhirnya organisasi Muhammadiyah dibentuk pada 18 Desember 1912. Pengajuan organisasi tersebut dilakukan pada tanggal 20 Desember 1912 dan secara resmi disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914.

Baca Juga: 3 Penggembira Ini Gowes dari Pekalongan, Mumpung Muktamar Muhammadiyah di Solo

Kyai Dahlan tak hanya mendirikan organisasi Muhammadiyah, namun Kyai Dahlan juga mengakomodasi kegiatan kajian bagi para muslimah yang saat ini dikenal sebagai Aisyiyah.

Advertisement

Kyai Dahlan juga mendirikan Kepanduan Hizbul Wathan yang digunakan sebagai media pendidikan kedisiplinan kader Muhammadiyah serta membentuk Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) untuk membantu fakir miskin dan anak yatim.

Proses dan sistem pendidikan yang digagas oleh Kyai Dahlan merupakan wujud pembaharuan yang bertujuan mencerdaskan bangsa dengan seimbang baik dari segi intelektual maupun spiritual. Hingga kini, Muhammadiyah masih menjadi pelopor lembaga pendidikan Islam modern yang ada di Indonesia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif