News
Senin, 9 Desember 2013 - 03:51 WIB

SABAR BATAL PANJAT MONAS : Gagal Panjat Monas, Sabar Tolak Diskriminasi Difabel

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Atlet pendaki gunung yang juga penyandang tuna daksa asal Solo Sabar Gorky (kiri) berpose di depan Tugu Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Minggu (8/12/2013). Sabar Gorky yang sedianya melakukan pemanjatan Tugu Monas itu dibatalkan karena alasan keamanan. (JIBI/Bisnis/Antara/Zabur Karuru)

Solopos.com, JAKARTA — Sabar Gorky, pendaki gunung dan atlet panjat tebing Indonesia asal Solo, Jawa Tengah, Minggu (8/12/2013), batal memanjat Monumen Nasional (Monas) Jakarta. Kantor Berita Antara menyebutkan alasan keamanan sebagai pangkal kegagalan realisasi rencana aksi itu.

Seperti diketahui, Sabar Gorky adalah seorang difabel atau penyandang cacat. Menyusul gagalnya realisasi rencana yang dibatalkan karena alasan teknis pihak panitia itu, Sabar bersama kaum difabel lain dari berbagai daerah menggelar Deklarasi Monas Kaum Difabel Indonesia.

Advertisement

“Kami kaum difabel indonesia. Dengan ini menuntut terwujudnya Indonesia tanpa diskriminasi. Hal-hal mengenai kebijakan dan penyediaan kemudahan terhadap kaum difabel diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.”

Olahragawan penyandang disabilitas Sabar Gorky, melakukan latihan menjelang aksi memanjat Monumen Nasional (Monas) di Solo, Jawa Tengah, Minggu (1/12/2013). (JIBI/Solopos/Antara/Akbar Nugroho Gumay)

Sabar dalam keterangan persnya menyatakan aksi panjat Monas dan deklarasi kaum difabel itu sebenarnya adalah upaya untuk menyampaikan pesan baik kepada masyarakat maupun pemerintah untuk serius dan sungguh-sungguh memperjuangkan nasib para penyandang cacat. Kalau soal memanjat Monas, kata Sabar, dirinya merasa tak ada masalah karena baik secara fisik maupun mental sudah sangat siap. Namun, yang tak kalah penting adalah pesan moral dari aksi dan deklarasi itu.

Advertisement

Sabar mengaku kecewa atas pembatalan itu. Namun, lanjut dia, kekecewaannya itu tak akan sampai menghapus tekad bulat dirinya untuk tetap bisa memanjat Monas. “Walaupun, inti pesan dari aksi ini sebenarnya lebih pada gerakan moral pentingnya memperhatikan kaum penyandang cacat ini. Terutama buat pemerintah melalui aneka kebijakannya yang ramah dan pro kepada kaum difabel.”

Sabar mengharapkan ada kebijakan pemerintah yang memberi ruang yang ramah kepada kami seperti di negera-negara maju. Misalnya, adanya tempat khusus buat para difabel ini di pusat pertokoan, jalan umum, transportasi umum dan lain-lain.

Sementara itu, di tempat yang sama, Novriantoni Kahar dari Yayasan Denny J.A. untuk Indonesia Tanpa Diskriminasi (ITD) mengaku sengaja datang untuk mendukung penuh aksi yang dilakukan Sabar Gorky dan kawan-kawan. Novri mengakui tidak semua penyandang cacat memiliki kemampuan dan kelebihan yang sama seperti Sabar, misalnya mampu menaklukan gunung-gunung tertinggi dunia. Karena itulah, aksi panjat Monas dan deklarasi antidiskriminasi difabel menjadi sangat penting untuk menggugah hati pemerintah, khususnya dalam memberikan perhatian serius kepada mereka.

Advertisement

Sedangkan, Promotor Tim Ekspedisi Rakyat Merdeka (ERM) Teguh Santosa mengatakan pendakian Tugu Monumen Nasional oleh atlet panjat dinding kelas dunia Sabar Gorky ditunda karena ada masalah teknis. “Kami sangat berterima kasih kawan-kawan sudah datang, namun dengan sangat menyesal pendakian Tugu Monas oleh Sabar Gorky ditunda karena ada masalah teknis dan akan diselenggarakan dalam waktu sesingkat-singkatnya,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif