News
Rabu, 23 Oktober 2013 - 15:30 WIB

ROYAL WEDDING NGAYOGYAKARTA: Kraton Melebur dengan Kemajuan

Redaksi Solopos.com  /  Wisnu Wardhana  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - KPH Notonegoro dan istrinya GKR Hayu naik kereta Kyai Jong Wiyat, Rabu (23/10/2013). (JIBI/Harian Jogja/Gigih M Hanafi)

Harianjogja.com, JOGJAAdik KPH Notonegoro, Aditya berterima kasih kepada keluarga Kraton Jogja sehubungan dengan penerimaan pihak Kasultanan terhadap keluarga besarnya. Aditya mengatakan budaya dan tradisi yang dibangun kalangan Kraton Jogja hingga kini masih dipertahankan di tengah kehidupan modern dan menerima pihak luar dengan pemahaman yang besar.

“Kraton luar biasa, kami tidak memahami mendalam mengenai prosesi dan detail tradisi, Kraton memahami itu sekaligus mengajak keluarga untuk mengikuti prosesi dengan baik,” ujarnya, Rabu (23/10/2013).

Advertisement

Menurut dia, penerimaan keluarga Kraton sangat baik apalagi pihak ibunda Notonegoro merupakan teman lama GKR Hemas ketika masa SMP di Jakarta. Sebagai adik, Aditya berharap pernikahan kakaknya langgeng dengan kehidupan yang bahagia.”Semoga juga cepet punya momongan,” ujarnya.

Sejarahwan Universitas Gadjah Mada (UGM), Djoko Suryo mengatakan Kraton memiliki prinsip bibit bobot bebet sebagai prinsip nilai moral yang terus dipegang. Namun, seiring perkembangan zaman keluarga Kraton berupaya melebur dengan kemajuan dunia, seperti keterbukaan terhadap pihak luar Kraton hingga memadukan unsur teknologi untuk mendokumentasikan sejarah Kraton melalui bagian baru, Tepas Tandhayekti.

“Lingkungan Kraton itu masih memegang pakem atau tradisi sebagai paugeran, tetapi sekarang jauh lebih melebur berakulturasi,” tuturnya.

Advertisement

Diharapkan, ke depan Kraton tetap menjaga pakem dan paugeran sehingga memiliki kekhasan yang akan bertahan sebagai warisan budaya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif