News
Jumat, 5 April 2013 - 11:43 WIB

RI Impor 70% Pasokan BBM untuk Dalam Negeri

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/SOLOPOS)

Ilustrasi (Dok/JIBI/SOLOPOS)

JAKARTA–Tingginya konsumsi BBM dan tidak cukupnya produksi BBM dalam negeri, membuat Indonesia harus memenuhi 70% kebutuhan BBM dalam negeri dari impor.

Advertisement

“Sebanyak 70% konsumsi BBM dalam negeri itu harus dipasok melalui impor, hanya 30% kebutuhan BBM berasal dari produksi sendiri,” kata Ketua Bidang Infrastruktur Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), Ibrahim Hasyim, ketika ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (5/4/2013).

Kata Ibrahim, hal ini dikarenakan meningkatnya konsumsi BBM serta kurangnya produksi BBM dalam negeri.

“Peningkatan konsumsi BBM ini terutama dari golongan ekonomi kelas menengah, golongan ini konsumsi BBM nya boros, tapi ya tetap itu haknya dia dan pemerintah tidak boleh melarang,” ujarnya.

Advertisement

Sementara kurangnya produksi BBM dalam negeri ini, dikarenakan kurangnya infrastruktur kilang pengolahan minyak di Indonesia.

“Kita perlu kilang, kilang kita kurang, kalau terus begini impor BBM kita makin tahun ya makin banyak,” ucapnya.

Sebelumnya, Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir mengatakan, tingginya impor BBM ini dikarenakan tingginya konsumsi BBM dan produksi minyak mentah yang turun.

Advertisement

“Impor BBM tinggi, ya karena realitsnya konsumsinya seperti ini, tiap tahun konsumsi BBM naik 7%,” kata Ali beberapa waktu lalu.

Dikatakan Ali, cara untuk mengurangi impor BBM yang terlalu besar ini hanya ada dua. “Satu naikkan produkssi minyak nasional dan menekan konsumsi BBM,” ucap Ali.

Seperti diketahui akibat impor BBM yang terlalu besar membuat neraca perdagangan Indonesiia bulan Februari 2013 defisit. Impor minyyak mentah mencapai US$ 12,28 juta dan hasil minyak US$ 2,22 miliar.

Neraca perdagangan Indonesia defisit pada Februari 2013, yang nilainya mencapai US$ 327,4 juta. Secara kumulatif (Januari-Februari 2013), jumlah defisit perdagangan Indonesia tercatat US$ 402,1 juta.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif