BEIJING – Surat kabar pemerintah China memperingatkan Menlu AS, Hillary Clinton, agar tak mengambil keuntungan dari sengketa Laut China Selatan, selama kunjungannya di negeri itu, Rabu (5/9/2012).
Beijing dan Washington telah saling menekankan harapan atas terciptanya hubungan yang stabil, terutama karena masing-masing menghadapi rintangan politik di dalam negeri. Namun ketegangan di Laut China Selatan kembali memicu ketegangan kedua pihak, mencerminkan kecurigaan di Beijing mengenai upaya pemerintahan Barack Obama yang berusaha mengendalikan pengaruh China.
Setibanya di Beijing, Clinton menegaskan perlunya kerja sama dibanding ketegangan dan perselisihan. “Kami percaya hubungan AS-China pada dasar yang kuat dan solid,” kata Clinton kepada Presiden China, Hu Jintao, pada awal pembicaraan saat wartawan diberi akses liputan singkat.
“Kami mampu mengeksplorasi wilayah kesepakatan dan ketidaksepakatan dengan cara yang sangat terbuka. Saya pikir ini menunjukkan kematangan hubungan dan kesempatan untuk melanjutkannya di masa mendatang,” lanjutClinton.
Edisi luar negeri surat kabar People’s Daily yang dikenal sebagai corong Pemerintah China, bagaimanapun telah menunjukkan kekhawatiran China terhadap kemungkinan campur tangan AS, menjelang pertemuan Clinton dengan pemimpin China. Dalam laporannya, People’s Daily menduga AS tengah berusaha mendapatkan keuntungan dari keteganganChina dengan Jepang dan negara-negara Asia Tenggara.
“Sikap AS yang baru-baru ini mengenai isu Kepulauan Diaoyu dan Laut China Selatan telah menciptakan kecurigaan, mereka tengah berusaha menabur perselisihan guna mendapat keuntungan,” tulis surat kabar itu di halaman depan, yang secara resmi mencerminkan pendapat para pejabat China.
Saat di Jakarta, Senin ((3/9/2012),Clinton mendesak China dan negara-negara Asia Tenggara untuk bergerak cepat menentukan kode etik di Laut Cina Selatan dan menekankan penyelesaian perselisihan tanpa paksaan, intimidasi, ancaman dan kekerasan.