News
Jumat, 24 Juni 2016 - 22:00 WIB

REFERENDUM INGGRIS : Efek Brexit Cuma Awal, "Bubarnya" Uni Eropa Bisa Rontokkan Rupiah

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bendera Skotlandia dan Inggris (Istimewa/The Guardian)

Referendum Inggris Raya yang memilih opsi Brexit sudah mengguncang ekonomi sesaat. Dampak lebih besar adalah jika Uni Eropa mengalami disintegrasi.

Solopos.com, JAKARTA — Otoritas negara berkembang diminta mewaspadai guncangan terhadap pasar keuangan di Asia pasca-keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa. Investor kini mewaspadai potensi gelombang keluarnya negara-negara lainnya yang bisa membuat disintegrasi entitas regional tersebut.

Advertisement

Ekonom DBS Bank, Philip Wee, menyatakan transmisi dampak negatif Brexit pada Jumat (24/6/2016), baru merupakan gelombang pertama. Menurutnya, ancaman terbesar justru datang apabila tren referendum meluas di Benua Biru.

Unsur ketidakpastian kembali meninggi di pasar keuangan global. “Pengaruhnya terhadap ekonomi masih belum pasti. Pasar menjadi cair. Nilai tukar selain yen akan terguncang apabila negara-negara UE lain turut menggelar referendum, maka euro akan jatuh,” kata Wee dalam keterangan tertulisnya.

Sesaat setelah kubu “leave” (Brexit) dipastikan mengungguli kubu “remain” yang kemudian diiringi oleh momen dramatis pengunduran diri PM Inggris David Cameron. Sementara itu, kelompok politisi sayap kanan di sejumlah negara Eropa mulai menunjukkan suara untuk mengikuti jejak Inggris meninggalkan Eropa.

Advertisement

Tercatat, anggota Parlemen Belanda mulai mengampanyekan hal tersebut, sedangkan istilah Byegium yang serupa dengan Brexit mulai ramai diperbincangkan. Wee menambahkan, hanya yen Jepang dan dolar Amerika Serikat (AS) yang kini menjadi safe haven, setelah pasar saham dan nilai tukar di kawasan bertumbangan.

Dari sisi moneter, bank yang berbasis di Singapura ini menyakini Bank Sentral Eropa akan bersifat konservatif dengan tidak terlalu mempermasalahkan rontoknya poundsterling jika harga minyak jatuh dan ancaman deflasi kembali membayangi.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif