News
Sabtu, 15 Maret 2014 - 18:14 WIB

REFERENDUM CRIMEA : Rakyat Ukraina Siap Perang Jika Rusia Ambil Alih Crimea

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sebuah kapal perang Rusia memasuki kota pelabuhan Sevastopol, Crimea, Selasa (4/3/2014). (JIBI/Solopos/Reuters/Baz Ratner)

Solopos.com, LVIV — Semangat nasionalisme para pemuda Ukraina bangkit dan siap mempertahankan negara dari agresi Rusia. Para pemuda dan pemudi di kantong kaum nasionalis di Ukraina barat dilaporkan antre mendaftarkan diri untuk membela negara dari apa yang mereka sebut sebagai “agresor Rusia” yang telah mengambil alih Crimea.

“Saya judoka tingkat tinggi dan bisa menembak dengan baik,” kata Tetiana Turtshina, perempuan Ukraina, saat menunggu panggilan di luar kantor kepolisian daerah di kota Lviv yang pro Eropa.

Advertisement

Tetiana, yang merupakan pemilik sebuah agen iklan, mendukung seruan untuk menjadi sukarelawan yang muncul menjelang pemungutan suara Minggu (16/32014) di Crimea tentang rencana bergabung dengan Federasi Rusia.

Referendum di Crimea itu berlangsung selama dua pekan setelah pasukan pro-Kremlin menguasai semenanjung Laut Hitam itu. “Banyak sukarelawan seperti saya. Ini tugas untuk semua,” kata perempuan berusia 30 tahun berbadan kekar itu. “Saya tidak bisa melihat negara saya terpecah belah,” ujarnya.

Ukraina dikhawatirkan bisa terpecah setelah pemerintahan baru di Kiev yang condong ke Barat menggulingkan pemerintahan pro Moskow (yang mendapat dukungan di Crimea). Perlu diketahui, Crimea merupakan semenanjung di selatan Ukraina yang sebagian besar penduduknya berbahasa Rusia.

Advertisement

Di Lviv, Presiden Rusia Vladimir Putin kerap dibanding-bandingkan dengan pemimpin Nazi Jerman, Adolf Hitler, dan Tetiana mengkhawatirkan bahwa Rusia tidak akan berhenti di Crimea. “Jika melihat nafsu Rusia dan metode-metodenya, mereka akan menelan Krimea dan terus menekan, bahkan sampai ke luar Ukraina,” katanya.

Sekira 2.000 orang telah mendaftarkan diri mereka sebagai sukarelawan kepada kepolisian di Lviv. Di antara mereka adalah Pastor Makariy, seorang pendeta Kristen Ortodoks yang menjalankan tugas militernya dengan tentara Ukraina.

“Saya tentu akan lebih memilih menjadi rohaniawan, sebagai pendeta kami tidak mengangkat senjata. Menurut saya hal itu bisa juga berarti memerangi kejahatan,” katanya, menjelaskan.

Advertisement

Seruan telah dikeluarkan terhadap para pemuda berusia antara 30 dan 35 tahun yang telah menyelesaikan dinas militer mereka serta telah menjalani latihan tempur. “Mereka didaftarkan untuk kepentingan mobilisasi, jika diperlukan,” kata juru bicara militer Olexandr Poronyuk.

Olexandr mengatakan siap membela negara sampai titik darah penghabisan seperti yang dilakukan kakeknya untuk Tentara Perlawanan Ukraina (UPA) yang memerangi pasukan-pasukan Polandia, Soviet, dan Nazi di Ukraina barat selama dan setelah Perang Dunia II. Namun, isterinya Natalia mengatakan “Saya tidak akan melepaskannya ke peperangan.”

Di Lviv, penentangan terhadap apa yang dilihat sebagai “agresi militer” di Crimea serta cibiran terhadap Putin bisa ditemui di manapun –di kantor-kantor, pusat-pusat perbelanjaan dan transportasi umum kota tersebut.

Di lapangan pusat, Putin dipermalukan dan ditunjukkan sebagai Hitler atau seorang penari balet yang dipersenjatai sebuah senapan AK dan bintang merah dengan slogan “Bermain perang-perangan dengan kamu”.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif