News
Jumat, 3 Januari 2020 - 21:13 WIB

Puluhan Kapal China di Laut Natuna dengan AIS Menyala, Sengaja?

Newswire  /  Adib M Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - KRI Tjiptadi-381 di bawah jajaran komando utama TNI Angkatan Laut, Komando Armada (Koarmada) I. (Antara)

Solopos.com, BATAM -- Kapal Republik Indonesia (KRI) dalam posisi siaga tempur pengamanan laut Natuna, Kepulauan Riau, sebagai upaya penegakan kedaulatan negara. Namun, para prajurit diminta tidak terpancing provokasi dari para awak kapal China yang kembali terdeteksi pada Jumat (3/1/2020) pagi.

"Ada dua KRI kita kerahkan dan ditambah jadi tiga menyusul besok, ini kita lakukan karena ada pelanggaran kedaulatan di Laut Natuna," kata Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I (Pangkogabwilhan I) Laksamana Madya (Laksdya ) TNI Yudo Margono saat memberikan pengarahan kepada para prajurit di Paslabuh, Selat Lampa, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Jumat.

Advertisement

Ia menyebutkan, dalam pengawasan di wilayah itu dideteksi sebanyak 30 kapal ikan asing yang beroperasi di wilayah kedaulatan NKRI dengan dikawal oleh 3 kapal Coast Guard milik China.

Indonesia Protes Soal Natuna, China: Suka Tidak Suka Kami Punya Hak!

"Melalui udara tadi pagi kita telah pantau, ada 30 kapal ikan asing dengan dikawal 3 kapal pengawas mereka, dan mereka sengaja menghidupkan AIS [automatic identification system/sistem pelacakan kapal otomatis] mereka, ini ada apa?" kata dia mempertanyakan.

Advertisement

KRI Teuku Umar dan KRI Tjiptadi diberangkatkan ke lokasi perairan tersebut. "Operasi ini kita melibatkan semua unsur, baik darat, laut dan udara," ujarnya menegaskan.

Anies Baswedan Potong Anggaran Penanggulangan Banjir Jakarta? Ini Faktanya

Dalam menjalankan operasi, ia mengingatkan kepada prajurit untuk tidak terpancing. Prajurit diminta untuk mengutamakan cara persuasif agar 30 kapal pencari ikan dan 3 kapal Coast Guard China keluar dari laut Natuna.

Advertisement

Pemerintah China sendiri nyata-nyata mengabaikan nota protes Indonesia atas masuknya kapal-kapal China belum lama ini di Natuna Utara. Mereka mengklaim memiliki hak dan kepentingan di Laut China Selatan termasuk Laut Natuna terkait klaim mereka atas Kepulauan Spratly.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif