News
Jumat, 23 November 2018 - 15:00 WIB

Prihatin Perut Paus Penuh Plastik, Petisi #CukaiPlastik Didukung 100.000 Orang

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO – Sampah plastik seberat 5,9 kilogram yang ditemukan di dalam perut paus sperma yang mati di perairan Wakatobi beberapa hari lalu mengundang keprihatinan. Diduga sampah plastik tersebut sudah lama berada di dalam perut paus sperma itu.

Menurut laporan BTN Wakatobi, sampah plastik yang ditemukan di dalam perut paus tersebut berupa 115 gelas plastik (750 gr), 19 plastik keras (140 gr), 4 botol plastik (150 gr), 25 kantong plastik (260 gr), 2 sandal jepit (270 gr), 1 karung nilon (200 gr), 1000 lebih tali rafia (3.260 gr), dan lain-lain.

Advertisement

Salah satu runner up Puteri Indonesia 2004, Nadia Mulya, menjadi salah satu orang yang prihatin dengan hal ini. Nadia semakin yakin perlu adanya kebijakan agar mengurangi penggunaan plastik. Sejak enam bulan yang lalu Nadia membuat petisi www.change.org/cukaiplastik untuk mendukung kebijakan cukai plastik.

Sejak kematian paus sperma di Wakatobi, petisinya terus mendapat dukungan hampir 100.000 orang hingga Kamis (22/11/2018) malam.

Advertisement

Sejak kematian paus sperma di Wakatobi, petisinya terus mendapat dukungan hampir 100.000 orang hingga Kamis (22/11/2018) malam.

Petisi tersebut menunjukkan semakin banyak orang menganggap pentingnya kebijakan cukai plastik untuk mengontrol konsumsi plastik di masyarakat.

“Sebenarnya wacana soal cukai plastik ini sudah dibahas oleh pemerintah. DPR sudah bahas soal cukai plastik dan berharap bisa diterapkan. Jadi penerapan cukai plastik ini tinggal menunggu restu DPR dulu,” kata Nadia dalam keterangan tertulis yang diterima Antara.

Advertisement

Kata Nadia, menurut data dari earthday.org, penerapan cukai plastik sebelumnya pernah diberlakukan di beberapa negara dan terbukti menurunkan angka penggunaan plastik.

Di Washington DC misalnya, setelah menerapkan cukai plastik sebesar US$0.05 sejak 2009, penggunaan plastik telah berkurang hingga 85 persen. Jika sebelumnya penggunaan plastik mencapai 22,5 juta per bulan, sekarang menyusut hingga 3,3 juta per bulan. Sama dengan Inggris, setelah menerapkan cukai plastik sebesar 5 peni sejak tahun 2015, penggunaan plastik telah berkurang hingga 80 persen.

“Jadi, jika kebijakan cukai untuk plastik ini segera diterapkan, saya yakin penggunaan plastik akan semakin berkurang dan kita dapat menyelamatkan laut serta seisinya dari sampah plastik,” ujar Nadia yang juga merupakan relawan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik.

Advertisement

Koordinator Nasional GIDKP Rahyang Nusantara mengatakan rencana penerapan cukai plastik, khususnya pada kantong plastik, tentunya akan mengurangi polusi plastik di lingkungan, terutama di laut.

Inisiatif tersebut akan mendukung upaya pengurangan konsumsi plastik di hilir yang sudah sangat gencar. Misalnya seperti kampanye bawa tas belanja sendiri dan aturan di kota-kota di Indonesia yang sudah mulai melarang penggunaan kantong plastik.

“Petisi pertama kami, change.org/pay4plastic, sudah berhasil menggugah Menteri Siti Nurbaya untuk melakukan uji coba kantong plastik tidak gratis di 27 kota. Hasilnya begitu menggembirakan dengan penurunan 55 persen penggunaan kantong plastik. Dan ini hanya di bagian hilir saja,” tutur Rahyang.

Advertisement

“Kali ini kami ingin menggugah Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk berkontribusi di bagian hulu melalui penerapan cukai plastik sehingga pengurangan polusi plastik bisa lebih besar lagi,” tambahnya.

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif