News
Sabtu, 6 April 2013 - 13:04 WIB

PREMANISME : Kapolresta Prioritaskan Pemberantasan Lewat Operasi Pekat

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Hasil penangkapan dan penyitaan dari Operasi Pekat digelar di Mapolsek Banjarsari beberapa waktu lalu. Kapolresta Solo menyatakan akan memrioritaskan pemberantasan premanisme melalui pelaksanaan Operasi Pekat. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Hasil penangkapan dan penyitaan dari Operasi Pekat digelar di Mapolsek Banjarsari beberapa waktu lalu. Kapolresta Solo menyatakan akan memrioritaskan pemberantasan premanisme melalui pelaksanaan Operasi Pekat. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

SOLO — Kapolresta Solo Kombes Pol Asjima’in memprioritaskan pemberantasan premanisme di Kota Solo melalui operasi penyakit masyarakat (pekat). Kapolresta memetakan wilayah Kecamatan Banjarsari menjadi wilayah yang paling rawan terjadi tindakan premanisme. Pemetaan premanisme itu didasarkan pada banyaknya temuan pekat.
Advertisement

Kecamatan Jebres menjadi wilayah rawan premanisme kedua, baru disusul Kecamatan Pasar Kliwon, Laweyan dan Serengan. Dia mengatakan premanisme sering muncul di tempat-tempat yang gelap dan sepi, seperti Manahan.

“Hampir semua pekat itu ada di wilayah kami. Setiap saat pekat menjadi prioritas operasi polisi, termasuk premanisme. Upaya pemberantasan premanisme itu sudah dilakukan sejak Februari 2012. Kami melihat bahwa kerawanan yang jadi problem masyarakat di daerah adalah pekat. Nah, premanisme itu ada di pekat itu. Premanisme itu kan orang-orang yang berbuat onar atau main hakim sendiri, baik dilakukan secara kelompok atau perseorangan. Alhamdulillah hal itu tekat semua masyarakat Solo,” ujar Kapolresta saat dijumpai wartawan, Sabtu (6/4/2013), di Mapolresta Solo.

Menurut Kapolresta, pekat menjadi sumber dari berbagai permasalahan, termasuk premanisme. Ia mengajak semua elemen masyarakat untuk memerangi premanisme bersama-sama. Ia bersyukur sejumlah tokoh masyarakat Solo mendukung langkah membasmi premanisme melalui dukungan lewat spanduk.

Advertisement

“Masyarakat mendukung langkah itu. Kalau polisi ngomong belum tentu didengar. Kalau tokoh masyarakat atau LSM akan lebih didengar. Pekat atau preman-preman itu pemicu munculnya gangguan kamtibmas. Selama satu tahun terakhir, jumlah premanisme di Solo cenderung turun. Hal itu karena kami terus melakukan tindakan pre-emtif dan preventif,” tuturnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif