News
Jumat, 3 Januari 2014 - 03:15 WIB

PREDIKSI 2014 : Industri Ritel Terkerek Belanja Politik

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi ritel (Dok/JIBI)

Solopos.com, JAKARTA – tahun 2014 ini dunia politik Indonesia semakin ingar bingar. Prediksi 2014, terkait dengan situasi politik industri ritel diperkirakan bakal terkerek.

Memasuki tahun pesta demokrasi, Asosiasi Pengusah Ritel Indonesia (Aprindo) optimistis pertumbuhan industri ritel tahun ini akan lebih baik dibandingkan 2013 yang tergerus di bawah 10%, dengan catatan pemerintah mampu menahan gejolak politik.

Advertisement

Bila akhir tahun lalu omzet ritel modern sebesar Rp148 triliun atau hanya meningkat 9,6% dari tahun sebelumnya, maka tahun ini penjualannya diperkirakan bisa di atas Rp162,8 triliun atau tumbuh di atas 10%.

Wakil Ketua Umum Aprindo Tutum Rahanta mengatakan hal tersebut terutama ditopang oleh besarnya jumlah konsumen menengah atas di Indonesia serta belanja politik dalam penyelenggaraan pesta demokrasi yang berimbas pada banyaknya uang beredar.

Namun, menurutnya, hiruk pikuk pesta demokrasi tersebut sifatnya hanya momentum atau jangka pendek terhadap industri ritel. Memang saat kampanye ada kebutuhan yang bertambah terutama untuk jasa percetakan, garmen, makanan-minuman, termasuk pemasukan bagi sebagian masyarakat kelas bawah yang ikut berkampanye.

Advertisement

“Uang tambah banyak beredar dan memang berpengaruh terhadap industry ritel. Tetapi itu efeknya hanya sesaat pada moment itu saja, bukan sesuatu yang fundamental mendongkrak penjualan ritel,” ucapnya.

Berbeda dengan pertumbuhan masyarakat kelas menengah. Dengan pendapatan perkapita Indonesia yang cenderung stabil di angka US$3.500-an serta pertumbuhan ekonomi yang berkisar diangka 6%, memungkinkan terjadinya peningkatan daya beli masyarakat.

Apalagi, dari jumlah penduduk Indonesia yang sebagian besar didominasi usia produktif dan masyarakat yang konsumtif, cukup memberikan dampak stabilitas pertumbuhan bisnis ritel.

Advertisement

Di samping itu, ekspansi dari para pelaku usaha ke berbagai wilayah termasuk yang belum terjangkau tetapi memiliki prospek yang besar juga menjadi faktor pendorong ritel pada tahun ini.

Sementara itu, Wakil Sekjen Aprindo Satria Hamid Ahmadi mengatakan sepanjang tahun lalu, peritel memang menghadapi banyak kendala sehingga pertumbuhannya sedikit terhambat, akibat banyaknya peraturan pemerintah yang cenderung memberatkan peritel nasional.

Antara lain kenaikan UMP hingga 40%, naiknya biaya listrik, BBM bersubsidi, serta anjloknya nilai tukar rupiah yang berdampak pada kenaikan harga beberapa barang ritel sehingga mempengaruhi daya beli masyarakat.

“2014 ini tahun penuh tantangan, diharapkan ada pemulihan di tahun tantangan ini. Oleh karena itu,kami harapkan pemerintah memberikan stimulus kebijakan untuk tetap menjaga iklim usaha tetap kondusif,” tuturnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif