News
Rabu, 25 Juni 2014 - 01:30 WIB

PRABOWO VS JOKOWI : "Kader Golkar Pendukung Jokowi Banyak, yang Dipecat Cuma 3"

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/google image)

Solopos.com, JAKARTA — Anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar yang baru saja dipecat partainya, Poempida Hidayatullah, menuding DPP Partai Golkar telah berlaku tidak adil dalam memberikan sanksi terhadap kader partainya yang memilih mendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK).

Poempida mempertanyakan alasan Partai Golkar memecatnya bersama dengan dua kader Partai Golkar lainnya, yaitu Nusron Wahid dan Agus Gumiwang Kartasasmita. Padahal di Partai Golkar juga ada banyak kader yang bergabung ke Jokowi-JK, misalnya Suhardiman selaku Ketua Umum SOKSI (salah satu ormas pendiri Partai Golkar).

Advertisement

Selain itu, ada mantan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Luhut Binsar Panjaitan; anggota Dewan Pertimbangan Partai Golkar Fahmi Idris; dan Ketua DPP Partai Golkar, Indra J. Pilliang.

“Ini tidak adil, kader Golkar yang dukung Jokowi-JK juga banyak, tetapi kenapa hanya kita bertiga yang kena hukuman,” kata Poempida kepada wartawan di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (24/6/2014).

Meskipun demikian, Poempida Hidayatullah yang juga menjabat sebagai anggota DPR Komisi IX ini menegaskan pemecatan dirinya ini tidak akan merubah keputusannya untuk mendukung pasangan Jokowi-JK.

Advertisement

Selain itu, dia menyatakan akan terus mempertanyakan alasan pemecatan dirinya dan kader lain oleh DPP Partai Golkar. Apalagi dia berpendapat sebaiknya persoalan perbedaan pandangan menyangkut dukungan kepada capres-cawapres ini tidak perlu sampai berakhir pada pemecatan. “Kalau saya diamkan, maka saya tidak menghormati hukum, dan saya harus mempertanyakan itu,” ujarnya.

Dia menuturkan, sebagai kader Partai Golkar, telah bekerja semaksimal mungkin, bahkan mendulang suara untuk partainya. Namun, dia menilai kalau Golkar terus bertindak seperti itu, maka partai tersebut akan berubah menjadi otoritarianisme yang akan ditinggalkan oleh para pendukungnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif