News
Minggu, 9 Februari 2014 - 17:10 WIB

POLEMIK KRI USMAN HARUN : Straits Times: KRI Usman-Harun Tak Diterima di Perairan Singapura

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Usman-Harun (militerindonesiamy.blogspot.com)

Solopos.com, JAKARTA — Polemik KRI Usman-Harun terus berlanjut. Di Singapura, media massa setempat mengembuskan isu penolakan terhadap pengangkatan Usman-Harun di kapal perang Indonesia. Sabtu (8/2/2014) lalu, Straits Times menerbitkan sebuah artikel dengan judul yang provokatif, yaitu KRI Usman Harun not welcome in Singapore waters (KRI Usman Harun Tidak Diterima di Perairan Singapura).

Artikel yang ditulis David Boey itu menyebut keputusan Indonesia memakai nama Usman-Harun mengingatkan kembali kasus berdarah yang pernah terjadi pada 1965 tersebut.

Advertisement

While ties are presently warm and friendly, the passage of KRI Usman Harun in Singapore’s waters will inevitably turn the spotlight on the campaign of urban terrorism Indonesia unleashed against our island-nation during an undeclared war which history records euphemistically as the Confrontation. [Saat hubungan kedua negara hangat dan bersahabat, lewatnya KRI Usman-Harun di perairan Singapura tak pelak menghidupkan kembali memori terorisme Indonesia terhadap bangsa ini dalam konfrontasi yang tidak pernah dinyatakan sebagai perang],” tulis Boey.

Artikel itu juga memancing komentar pedas, khususnya terhadap keputusan pemerintah Indonesia. Seorang yang menamakan diri Bobby Fine bahkan dengan kasar mengutuk KRI Usman-Harun. “I curse the new Usman Harun ship. Wishing that it burns up one stormy day at sea and brings all its 100++ sailors to Hell. Bloody hell,” tulisnya.

Sementara itu, secara mendadak, Singapura batal mengundang Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin ke acara Singapore Airshow pekan depan. Pertemuan bilateral untuk membicarakan masalah pertahanan pun tertunda. Sedangkan di Singapura, media setempat juga sudah mulai mengembuskan isu penolakan terhadap KRI Usman-Harun.

Advertisement

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenhan Brigjen Sisriadi mengatakan sikap yang ditunjukkan Kementerian Pertahanan Singapura adalah buntut dari tekanan publik di dalam negeri mereka. Isu penamaan KRI Usman Harun sudah terlanjur menghangat di negeri singa.

“Komunitas pertahanan Singapura pasti mendapat tekanan, mereka pasti dalam kondisi serba susah, kita paham,” kata Sisriadi kepada Detik, Minggu (9/2/2014).

Namun Sisriadi meminta agar Singapura juga paham dengan sikap Indonesia. Terutama yang akan tetap memakai nama dua pahlawan nasional di kapal perang kombatan tersebut. Lalu, bagaimana dengan hubungan kerjasama pertahanan Indonesia dan Singapura? Apakah ada kemungkinan terganggu?

Advertisement

“Belum sampai ke sana. Ini istilahnya masih letupan-letupan. Hubungan kita sudah sangat kuat dengan mereka sejak dulu,” jawabnya.

Pada 10 Maret 1965 dua anggota Korps Komando atau KKO (kini Marinir) Indonesia, yakni Usman Haji Mohamed Ali dan Harun Said, melakukan pengeboman di MacDonald House, Orchard Road, Singapura, yang menewaskan tiga orang dan melukai 33 lainnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif