News
Kamis, 3 Juli 2014 - 22:50 WIB

PILPRES 2014 : Survei Capres versi Psikolog Nilai Emotional Stability Prabowo Rendah

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pakar psikologi politik Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk (JIBI/Solopos/Antara/Yudhi Mahatma)

Solopos.com, JAKARTA — Calon presiden Prabowo Subianto dinilai memiliki kestabilan emosi rendah (emotional stability) paling rendah di antara capres atau calon wakil presiden lain saat menghadapi persoalan-persoalan yang berat.

Hal itu diketahui berdasarkan survei yang digelar oleh Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia bekerja sama dengan Ikatan Psikologi Sosial, Ikatan Psikologi Klinis, dan Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran. Dalam survei tersebut, Prabowo hanya mendapat angka 5,16% terkait aspek emotional stability. Sedangkan pendampingnya, Hatta Rajasa mendapat angka 6,48%, Jusuf Kalla 7,51%, dan Joko Widodo dianggap lebih tenang dalam menghadapi persoalan dengan memperoleh angka 7,6%.

Advertisement

“Jokowi lebih punya kendali diri yang bagus. Jokowi dianggap figur yang lebih hangat dan Pak Prabowo dianggap sebagai figur yang kurang hangat,” kata pakar psikologi politik Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk saat memaparkan hasil surveinya di Jakarta, Kamis (3/7/2014).

Menurut pakas psikologi klinis, Suprapti, ada perbedaan pemaknaan dalam masyarakat saat memahami istilah. Sifat emosional yang ada pada Prabowo, sambung Suprapti, tidak bisa juga selalu dikonotasikan negatif. “Sebetulnya emosional bisa juga baik, harus disesuaikan dengan situasi,” kata dia.

Sama halnya dengan temuan bahwa Prabowo dinilai sebagai seoorang figur yang paling ambisius diantara ketiga nama lainnya. Menurut Suprapti pemaknaan istilah itu harus disesuaikan dengan kondisi yang ada.

Advertisement

Jokowi, sambungnya, bisa saja dikatakan sebagai seorang yang ambisius, karena saat tugasnya sebagai wali kota Solo belum tuntas justru memilih untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta. Dua tahun menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi justru maju sebagai capres.

“Tapi kan ada istilah lain sehingga Jokowi tidak dikatakan ambisius. Misalnya ada tekanan dari Megawati atau apa saja lah sehingga dia bersedia menjadi capres,” ujarnya.

Penelitian ini melibatkan 204 responden berprofesi sebagai psikolog di Jabodetabek di berbagai instansi pemerintah. Responden memiliki pengetahuan dan pengalaman melakukan penilaian kepribadian. Pengambilan data pada 18-27 Juni 2014.

Advertisement

Aspek pengukuran yang dijadikan dasar dalam survei ini adalah motivasi sosial, cognitive complexity, explanatory style, trait, emotional stability, interpersonal style, leadership style, dan decision makinng style.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif