News
Sabtu, 17 Mei 2014 - 19:15 WIB

PILPRES 2014 : Pengamat: Gandeng Pramono, Ical Tak Mampu Saingi Jokowi atau Prabowo

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Joko Widodo, Aburizal Bakrie dan Prabowo Subianto (jokowidiary.blogspot.com)

Solopos.com, JAKARTA — Menjelang sehari sebelum Rapimnas, Partai Golkar menambahkan opsi Aburizal Bakrie-Pramono Edhie sebagai pasangan yang akan berkompetisi bersama Jokowi dan Prabowo dalam Pilpres 9 Juli 2014 mendatang.

Menurut pengamat politik Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing, sah-sah saja jika keduanya akhirnya menjadi pasangan koalisi karena Golkar belum menandatangani persetujuan apapun dengan partai lain. Namun, langkah ini harus dipikirkan ulang oleh keduanya dengan mencermati elektabilitas calon yang diusung.

Advertisement

“Andaikan kedua calon ini benar diajukan, memang secara kuantitatif telah melewati ambang batas perolehan 20 persen, namun bagaimana elektabilitas calon yang diusung? Baik Ical maupun Pramono memiliki elektabilitas yang tidak menggembirakan. Sementara elektabilitas ini merupakan bentuk suara rakyat terhadap kedua calon ini,” katanya saat dihubungi Bisnis, Sabtu (17/5/2014).

Maka menurutnya, kedua pasangan ini tidak cukup mampu menyaingi elektabilitas Jokowi atau Prabowo.

“Apakah sudah dihitung dengan baik kalkulasi kemungkinan suara yang didapatkan? Saya rasa, pak SBY merupakan figur yang menghargai riset-riset dan selalu mengacu pada angka. Dengan jelas riset menggambarkan bahwa elektabilitas Ical rendah, apalagi Pramono Edhie yang masih dibawah Dahlan Iskan. Mendongkrak elektabilitas dalam waktu singkat itu akan sangat sulit, saya yakin Pak SBY memperhatikan ini” kata Emrus.

Advertisement

Jika benar kedua calon ini akan dipasangkan maka dia berpendapat bahwa keduanya hanya akan berfungsi sebagai pemecah suara. Dengan demikian, presiden terpilih kemungkinan akan dilakukan dalam dua putaran.

“Mereka bisa jadi berfungsi sebagai pemecah suara. Sehingga poros ketiga yang kalah, akan mengalihkan suaranya kepada salah satu poros diantara poros yang menang di pemilu putaran dua,” jelasnya.

Namun, dia menyarankan Golkar dan Demokrat untuk bertindak relevan. Jika dalam kalkulasi politik ada kemungkinan kedua pasangan ini akan menang, silakan lanjutkan. Tapi jika hal tersebut tidak membuat banyak perbedaan, lebih baik keduanya bergabung dengan dua pilihan kubu saat ini, PDIP atau Gerindra.

Advertisement

“Kalau memang punya kapabilitas dan elektabilitas untuk memenangi pemilu, silakan maju. Tapi jika tidak memenuhi syarat, lebih baik jangan dipaksakan. Karena Indonesia dalam mengeluarkan biaya pemilu untuk dua putaran akan menjadi lebih besar dan memakan waktu,” terangnya.

Keputusan antara keduanya akan dibicarakan dalam Rapimnas Golkar dan Demokrat yang keduanya dijadwalkan berlangsung besok, Minggu (18/5/2014).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif